Media Informasi Seputar pendidikan

Showing posts sorted by relevance for query tujuan-pendidikan-karakter-bagi-dunia. Sort by date Show all posts
Showing posts sorted by relevance for query tujuan-pendidikan-karakter-bagi-dunia. Sort by date Show all posts

Sunday, December 2, 2018

Tujuan Pendidikan Karakter bagi Dunia Pendidikan dan Generasi Muda Saat Ini dan Mendatang

Salam, semoga kita semua menjadi orang lebih baik lagi kedepannya, pada kesempatan kali ini akan membahas tentang tujuan pendidikan karakter bagi anak didik dan generasi selanjutnya. Okeh dalam kurikulum 2013 kita dituntut untuk memperbaiki karakter peserta didik kearah yang lebih baik, kurikulum 2013 tersebut menitikberatkan agar hasil yang dicapai oleh peserta didik tidak hanya kognitifnya saja melainkan afektif aatu sikap yang ingin diperbaiki. banyak sekali kasus yang memprihatinkan dalam dunia bpendidikan yang dilakukan oleh anak didik kita yang kita pun merasa miris sekali melihat dan mendengarkan berita tersebut. untuk itu sebagai seorang perndidik maupun calaon pendidik kita harus memahami tentang pendidikan karakter, sebenarnya apa sih tujuan pendidikan karakter tersebut?.

 
Sebelum kita membahas lebih jauh tentang pendidikan karakter kita bahas terlebih dahulu pengertian pendidikan karakter. (Amirullah Syarbini,  2012: 13) Kata “karakter” mempunyai banyak sekali definisi dari para ahli. Menurut Poerwadarminta, kata karakter berarti tabiat, watak sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain. Lebih jauh seorang tokoh psikologi Amerika yang bernama Alport, mendefinisikan karakter sebagai penentu bahwa seseorang sebagai pribadi (character is personality evaluated). Sedangkan menurut Ahmad Tafsir menganggap bahwa karakter yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia, sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi.

Baca juga: Hakikat dan Peran Pendidikan karakter bagi dunia pendidikan.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah disebutkan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa karakter adalah sifat yang mantap, stabil, khusus yang melekat dalam pribadi seseorang yang membuatnya bersikap dan bertindak secara spontan, tidak dapat dipengaruhi oleh keadaan dan tanpa memerlukan pemikiran terlebih dahulu.
Adapun Tujuan pendidikan karakter adalah sebagai berikut:
Pentingnya pendidikan karakter untuk segera dikembangkan dan diinternalisasikan, baik dalam dunia pendidikan formal maupun dalam pendidikan non formal tentu beralasan, karena memiliki tujuan yang cukup mulia bagi bekal kehidupan peserta didik agar senantiasa siap dalam merespon segala dinamika kehidupan dengan penuh tanggung jawab.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa sudah sangat mendesak pendidikan karakter diterapkan di dalam lembagapendidikan negara Indonesia. Alasan- alasan kemerosotan moral, seharusnya membuat bangsa ini perlu mempertimbangkan kembali bagaimana lembaga pendidikan mampu menyumbangkan perannya bagi perbaikan kultur.
Dalam Pasal 3 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak sserta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan karakter bukan hanya tanggung jawab guru, tapi juga semua stakeholder pendidikan harus terlibat dalam rangka mengembangkan pendidikan karakter ini, bahkan pemangku kebijakan harus menjadi teladan terdepan.  Sebagai seorang guru harus bekerja secara profesional, memberikan pelayanan yang optimal kepada peserta didiknya, dan bekerja dengan penuh kesabaran dalam membawa peserta didiknya menuju cita-cita pendidikan.  

Dengan menempatkan pendidikan karakter dalam rangka dinamika proses pembentukan individu, para insan pendidik seperti guru, orang tua, staff sekolah, masyarakat dan lainnya, diharapkan semakin menyadari pentingnya pendidikan karakter sebagai sarana pembentuk pedoman perilaku, pengayaan nilai individu dengan cara  memberikan ruang bagi figur keteladanan bagi anak didk dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi proses pertumbuhan berupa kenyamanan dan keamanan yang membantu suasana pengembangan diri satu sama lain dalam keseluruhan dimensinya.

Baca juga: Nilai-nilai yang harus ada dalam Pendidikan Karakter.

Secara operasional tujuan pendidikan karakter dalam setting sekolah sebagai berikut ( Novan Ardy Wiyani,  2013: 70-72 ): 
1. Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan. Tujuannya adalah memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilanilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik pada saat masih sekolah maupun setelah lulus. 
2. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah. Tujuan ini memiliki makna bahwa tujuan pendidikan karakter memiliki sasaran untuk meluruskan berbagai perilaku negatif anak menjadi positif.  
3. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab karakter bersama. Tujuan ini bermakna bahwa karakter di sekolah harus dihubungkan dengan proses pendidikan di keluarga. 
(Fakrur Rozi,  2012:44) Tujuan pendidikan karakter adalah membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada tuhan yang maha esa berdasarkan pancasila.Tujuan pembentukan karakter menghendaki adanya perubahan tingkah laku, sikap dan kepribadian pada subjek didik.

Baca juga: Pentingnya Pendidikan Karakter bagi bangsa dan Dunia Pendidikan

(Amirullah Syarbini, 2012:25) Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa tujuan diadakannya pendidikan karakter, baik di sekolah, madrasah maupun rumah adalah dalam rangka menciptakan manusia Indonesia yang seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia serta memiliki tanggung jawab yang tinggi dalam menjalankan kehidupan ini. 

Sekian pembahasan mengenai tujaun pendidikan karakter dalam dunia pendidikan. Terima Kasih semoga bermanfaat dan menambah wawasan bagi anda semua.

Pengertian Pendidikan Karakter dan Peran Pendidikan Karakter dalam Dunia Pendidikan dan bangsa

Salam, pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang pendidikan karakter, pendidikan karakter adalah pendidikan yang digencar-gencarkan dalam kurikulum 2013, dalam kurikulum 2013 yang menjadi titik tekan adalah kartakter, artinya dalam kurikulum ini yang dibangun adalah lebih kepada karakter anak didik kepribadian anak didik agar memiliki kepribadian yang baik. karena memang karakter pada diri peserta didik saat ini mulai memudar banyak kasus-kasus yang dilakukajn oleh anak didik seperti memakai narkoba, minum-minuman keras, tawuran dan masih banyak lagi lainnya yang akan merusak generasi penerus kedepannya. Anak-anak tersebut akan menjadi penerus kita selanjutnya untuk itu Seorang pendidik atau calon pendidik harus mengerti tentang pendidikan karakter itu seperti apa. Okeh langsung saja apa sih yang dimaksud dengan pendidikan karakter itu?

Penguatan pendidikan moral (moral education) atau pendidikan karakter (character education)  dalam konteks sekarang sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang sedang melanda di negara kita. Krisis tersebut antara lain berupa meningkatnya pergaulan bebas, maraknya angka kekerasan anak-anak dan remaja, kejahatan terhadap teman, pencurian remaja, kebiasaan menyontek, penyalahgunaan obat-obatan, pornografi, dan perusakan milik orang lain sudah menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara tuntas, oleh karena itu betapa pentingnya pendidikan karakter. 

Pengertian Pendidikan
Sebelum menuju ke pengertian pendidikan karakter terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai pengertian pendidikan. Dalam Undang-undang  RI Nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional. Pengertian Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,  serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan yang bisa digunakan untuk mengubah dunia.

Baca juga: Tujuan Pendidikan Karakter dalam Dunia Pendidikan

Pengertian Karakter
Sesuai dengan perubahan kurikulum saat ini yakni kurikulum 2013 yang menitik beratkan dalam perubahan sikap dalam diri peserta didik untuk berbudi luliur drasa kita harus mengerti dan memahami tentang apa itu pendidikan karakter. tujuan pendidikan karakter dan nilai-nilai yang terekandung dalam pendidikan karakter itu tersendiri, dan masih banyak lagi yang lainnya. 

(Amirullah Syarbini,  2012: 13) Kata “karakter” mempunyai banyak sekali definisi dari para ahli. Menurut Poerwadarminta, kata karakter berarti tabiat, watak sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain. Lebih jauh seorang tokoh psikologi Amerika yang bernama Alport, mendefinisikan karakter sebagai penentu bahwa seseorang sebagai pribadi (character is personality evaluated). Sedangkan menurut Ahmad Tafsir menganggap bahwa karakter yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia, sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi.

(Thomas Lickona,  2008: 72) Pembentukan karakter juga tidak lepas dari peran guru, karena segala sesuatu yang dilakukan oleh guru mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Karakter terbentuk dari tiga macam bagian yang saling berkaitan yakni pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilaku moral.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah disebutkan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa karakter adalah sifat yang mantap, stabil, khusus yang melekat dalam pribadi seseorang yang membuatnya bersikap dan bertindak secara spontan, tidak dapat dipengaruhi oleh keadaan dan tanpa memerlukan pemikiran terlebih dahulu.

Budaya dan karakter bangsa kini menjadi sorotan tajam masyarakat. Sorotan itu mengenai berbagai aspek kehidupan yang tertuang dalam berbagai tulisan di media cetak, wawancara, dialog, dan gelar wicara di berbagai media yang kita lihat sehari-hari. Persoalan yang tengah muncul di tengah masyarakat seperti korupsi, kekerasan dan tindakan premanisme, kejahatan seksual, kerusuhan, pola hidup konsumtif, politik yang tidak kondusif, krisis keteladanan menjadi hal yang hangat diperbincangkan di media masa dan keseharian kita.

Baca juga: Pentingnya Pendidikan Karakter dalam Dunia Pendidikan dan Bangsa

Berbagai upaya dilakukan pemerintah guna menanggulangi permasalahan tersebut diantaranya membuat peraturan, undang-undang, penerapan hukum yang kuat dan pendidikan.  Implementasi pendidikan karakter juga menjadi perhatian dalam kurikulum 2013, hal tersebut terlihat dari struktur kurikulum 2013 yang memuat mata pelajaran Agama dan Budi Pekerti. Pelajaran Agama dan Budi Pekerti merupakan mata pelajaran yang berfungsi dalam mengembangkan nilai karakter. Dalam kurikulum 2013 sikap berkarakter tidak hanya diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan (Kaslim, 2013:34 dan 36). 

Dari konsep pendidikan dan karakter yang sudah dijelaskan di bagian atas maka muncul istilah pendidikan karakter (character education) yang ramai diperbincangkan oleh banyak kalangan. 

Di Indonesia sendiri, istilah pendidikan karakter mulai diperkenalkan   Ketika bangsa indonesia mengalami krisis multidimensional, pendidikan dituding gagal dalam menciptakan sumber daya manusia berkualitas. Institusiinstitusi pendidikan dinilai gagal memenuhi tujuan pendidikan. Berbagai upaya dilakukan untuk memperbaiki kualitas, seperti pembaruan kurikulum, peningkatan anggaran atau standarisasi kompetensi pendidikan. 

Namun, usaha perbaikan tersebut dirasa masih belum mencapai hasil yang diharapkan. Tingginya biaya sekolah, buruknya fasilitas-fasilitas sekolah, kecurangan dalam ujian nasional, mininmnya kesejahteraan dan kualitas guru, justru melengkapi masalah bangsa. Semua permasalahan tersebut tak ubahnya seperti lingkaran setan yang tidak menemui ujung pangkal. Pendidikan karakter merupakan salah satu wacana pendidikan yang dianggap mampu memberikan jawaban atas kebuntuan dalam sistem pendidikan.  

(Zubaedi, 2011: 17) Sejalan dengan itu, Pendidikan  karakter  juga  diartikan  sebagai  upaya  penanaman kecerdasan  dalam  berfikir,  penghayatan  dalam bentuk sikap, dan pengamalan dalam bentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai luhur yang  menjadi  jati  dirinya,  diwujudkan  dalam  interaksi  dengan Tuhannya,  diri  sendiri,  masyarakat  dan  lingkungannya.

Baca juga: Nilai-nilai yang harus ditanamkan dalam Pendidikan Karakter.

(Donie Koesoema,  2010: 194) mengungkapkan bahwa pendidikan  karakter  adalah  usaha  yang  dilakukan secara  individu  dan  sosial  dalam  menciptakan  lingkungan  yang kondusif  bagi  pertumbuhan  kebebasan  individu  itu  sendiri.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan karakter adalah pendidikan yang tidak hanya berorientasi pada aspek kognitif saja, akan tetapi lebih berorientasi pada proses pembinaan potensi yang ada dalam diri peserta didik, dikembangkan melalui pembiasaan sifat-sifat baik yaitu berupa pengajaran nilai-nilai karakter yang baik.

Sekian Pembahasan tentang Pengertian dan peran pendidikan dalam dunia pendidikan, terimakasih semoga bermanfaat.

3 (Tiga) Implementasi pendidikan karakter disekolah menurut Kemendiknas

Salam, pada kesempatan kali ini kami akan membahas tentang 3 Implementasi pendidikan karakter disekolah menurut Kemendiknas, Apa sajakah 3 Implementasi itu? 3 Implementasi itu adalah: 1. Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Kurikulum, 2. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran, 3. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Budaya Sekolah.

 
Proses implementasi atau pelaksanaan  terintegrasi ke dalam mata pelajaran, pengembangan diri dan budaya sekolah. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional telah melakukan berbagai upaya dalam menanamkan nilai-nilai karakter disekolah. Salah satunya adalah dengan membuat buku pedoman sekolah yang dikeluarkan oleh Kemendiknas.
 
Agar implementasi nilai-nilai pendidikan karakter di sekolah dapat berjalan dengan baik, maka hal yang harus dilakukan, diantaranya: (1) teladan dari guru, kepala sekolah, dan pemangku kebijakan sekolah; (2) pendidikan karakter dilaksanakan secar konsisten dan secara terus menerus; dan (3) penanaman nilainilai karakter yang utama. Nilai-nilai pendidikan karakter juga harus diterapkan lewat kebiasaan kehidupan sehari hari disekolah melalui budaya sekolah (Pedoman Depdiknas,2011:15-20).

 
Menurut pedoman sekolah yang dikeluarkan oleh Kemendiknas.proses implementasi nilai-nilai pendidikan karakter  di sekolah dapat dilakukan melalui:

a. Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Kurikulum
Kurikulum dalam istilah pendidikan sebagaimana pendapat Ronald C. Doll (dalam Mudlofir, 2011:1) menyatakan, “the curriculum of a school is the formal and informal content and process by which learner gain knowledge and understanding, develope, skills and alter attitudes appreciations and values under the auspice of that school” (kurikulum sekolah adalah muatan dan proses, baik formal maupun informal yang diperuntukkan bagi pembelajar untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman, mengembangkan keahlian dan mengubah apresiasi sikap dan nilai dengan bantuan sekolah). 

Atau dengan kata lain kurikulum merupakan rencana atau penunjuk arah pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang kemudian diwujudkan dalam suatu rangkaian proses pembelajaran. Tujuan pendidikan sendiri akan membantu siswa dalam mengembangangkan potensi agar mampu menghadapi tantangan, menghadapi probelematika hidup dan persaingan dalam dunia kerja sehingga mereka mampu mengatasi problematika tersebut secara arif dan kreatif. Dan yang kita kenal saat ini adalah kurikulum 2013 yang berbasis karakter.

Telah disebutkan sebelumnya bahwa kurikulum merupakan serangkaian rencana, penunjuk arah untuk mencapai suatu tujuan pendidikan. Dengan demikian sekolah diarahkan untuk memunculkan nilai-nilai tersebut. Baik dalam kegiatan pembelajaran dan dalam budaya sekolah melalui serangkaian pembiasaan. Proses pengintegrasian nilai-nilai karakter dalam pengembangan kurikulum merupakan
salah upaya dalam mengimplementasikan nilai karakter dalam kurikulum. 

Contoh dari pengembangan dokumen kurikulum yang mengandung nilai-nilai pendidikan karakter misalnya adalah prioritas dalam mengembangkan kejujuran, religius, disiplin dengan mengintegrasikannya dalam RPP dan melaksanakannya dalam pembelajaran. Contoh lain adalah dengan menyusun peraturan dan tata tertib sekolah yang berisi tentang unsur-unsur yang berkaitan dengan pendidikan karakter.  


b. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran
Implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran yang dimaksud disini adalah pada mata pelajaran yang ada di sekolah. Implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran harus dilakukan dengan strategi yang matang dengan melihat kondisi dan kemampuan siswa serta lingkungan sekitarnya. Hal tersebut sejalan dengan Wagiran yang menyatakan bahwa:
“Pelaksanaan integrasi karakter dalam pendidikan memiliki prinsip-prinsip umum seperti: (1) tidak mengubah sistem pendidikan yang berlaku, (2) tidak mengubah kurikulum, (3) pembelajaran menggunakan prinsip learning to know, learning to learn, learning to be, dan learning to live together, dan (4) dilaksanakan secara kontekstual sehingga terjadi pertautan antara pendidikan dan kebutuhan nyata siswa” Wagiran (2011:197). 

Mengimplementasikan nilai-nilai karakter pada pembelajaran bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai pada siswa akan pentingnya pendidikan karakter, sehingga mereka mampu menginternalisasikan nilai-nilai tersebut tingkah laku sehari-hari. 

Dalam kurikulum 2013 pengimplementasian nilai-nilai  pendidikan  karakter di setiap mata pelajaran dapat dilakukan dengan mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan karakter ke dalam Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).

Selanjutnya kompetensi dasar yang dapat diintegrasikan dengan nilai-nilai pendidikan karakter tersebut dikembangkan pada Rencana Program Pembelajaran (RPP). Guru berperan dalam mengintegrasikan dan mengembangkan nilai-nilai karakter ke dalam proses pembelajaran yang menyenangkan dan dapat diterima siswa sesuai dengan Kurikulum. 

Proses pembelajaran didasarkan pada upaya menguasai kompetensi pada tingkat yang memuaskan dengan memperhatikan karakteristik konten kompetensi dimana pengetahuan adalah konten yang bersifat tuntas (mastery). Keterampilan kognitif dan psikomotorik adalah kemampuan penguasaan konten yang dapat dilatihkan. Sedangkan sikap adalah kemampuan penguasaan konten yang lebih sulit dikembangkan dan memerlukan proses pendidikan yang tidak langsung (Uji Publik Kurikulum 2013, 2012:5-6). 

Bagaimana seorang guru berperan dalam membiasakan nilai-nilai tersebut melalui kegiatan pembelajaran merupakan point penting dalam implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran. Guru mengupayakannilai-nilai yang telah tertuang dalam kurikulum tersebut agar mendorong siswa untuk menjadikannya sebagai suatu pembiasaan dan tidak merasakannya sebagai sebuah beban. 


c. Budaya Sekolah Sekolah merupakan suatu lembaga yang dirancang untuk melaksanakan
proses belajar mengajar antara guru dengan murid. Sistem pendidikan di sekolah merupakan sistem pendidikan formal yang mana pelaksanaannya dilakukan secara terencana dan terperinci.Sekolah berfungsi mengembangkan kemampuan siswa dari segi hard skill, soft skill serta nilai-nilai kebaikan dalam diri mereka. Hal tersebut sejalan dengan Sjarkawi (2006: 42), yang mengemukakan bahwa sekolah  sebagai lembaga pendidikan bertanggung jawab untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan kecakapan siswa dalam menetapkan suatu keputusan untuk bertindak atau untuk tidak bertindak.

Agar hal tersebut dapat tercapai sekolah harus menciptakan iklim dan budaya sekolah yang baik sehingga dapat mengembangkan pola pikir dan meningkatkan kemampuan soft skill dan karakter siswa. Sudrajat (2009: 8), menyatakan bahwa tiap sekolah mempunyai budayanya sendiri, budaya merupakan serangkaian nilai, norma, aturan moral, dan kebiasaan, yang telah membentuk perilaku dan hubungan-hubungan yang terjadi di dalamnya.

Greer (1997: 3) mendefinisikan budaya  sekolah  sebagai  keyakinan,  kebijakan,  norma, dan  kebiasaan di  dalam  sekolah  yang dapat dibentuk, diperkuat, dan dipelihara melalui  pimpinan  dan  guru-guru  di  sekolah. Berdasarkan pendapat tersebut kebudayaan dapat didefinisikan sebagai serangkaian kebiasaan , aturan, aturan moral, keyakinan dalam sekolah yang dibentuk, diperkuat, dan dipelihara melalui pimpinan, guru-guru di sekolah, serta warga sekolah. Orang tua juga dapat memonitoring kegiatan yang berkaitan dengan implementasi nilai-nilai karakter di sekolah, selain berperan dalam penanaman nilai karakter di dilingkungan keluarga tentunya. 

Proses pengembangan karakter siswa di sekolah menurut Zamroni (2011:178), memiliki pola: rencanakan, laksanakan, refleksi dan apa langkah selanjutnya. Tentu saja dengan pelaksanaan yang dilakukan secara berkesinambungan dan terus menerus. Hal tersebut dimaksudkan agar pendidikan karakter memanfaatkan pengalaman yang telah dilalui, tidak mengulang kesalahan, dan senantiasa memperbaiki tindakan yang telah dilakukan. Proses yang berkesinambungan tersebut diwujudkan dalam pembiasaan dan budaya sekolah. Hal tersebut sejalan dengan kutipan berikut.


Pendidikan karakter, khususnya yang bersifat sikap sebenarnya merupakan perwujudan dari kesadaran diri yang sebagian besar merupakan bagian dari aktivitas sehari-hari manusia (Wagiran, 2011:199). Secara teori aspek sikap atau ranah afektif lebih efektif bila dilaksanakan melalui kegiatan sehari hari. Misalnya sikap disiplin dan kemandirian siswa akan lebih mudah tertanam dan dikembangkan pada siswa bila hal tersebut telah menjadi suatu kebiasaan sehari-hari di sekolah. 

Contoh dari pembiasaan dan budaya sekolah yang dilaksanakan oleh sekolah misalnya: pagelaran bertema budaya dan karakter bangsa, lomba olah raga antarkelas, lomba kesenian antarkelas, pameran hasil karya siswa, kegiatan ektrakurikuler dan lain sebagainya (Kemendiknas, 2010:54-55). 

Proses budaya sekolah tersebut berlangsung secara berkesinambungan melalui kegiatan pengajaran dan pergaulan antara warga sekolah baik antara kepala sekolah, guru karyawan dan siswa. Penanaman nilai karakter sangat erat kaitannya dengan budaya sekolah. Tanpa adanya kolaborasi dan sinergitas yang baik diantara keduanya maka implementasi nilai-nilai karakter pada siswa tidak akan dapat berjalan dengan baik. 

Sekian Pembahasan tentang 3 Implementasi pendidikan karakter disekolah menurut Kemendiknas, semoga bermanfaat dan menambah wawasan anda semua.

18 Nilai-nilai yang Harus dimiliki Siswa atau Anak Didik dalam Pendidikan Karakter

Salam, semoga pendidikan kita menjadi lebih baik lagi kedepannya, Pada kesempatan kali ini kami akan membahas tentang 18 Nilai-nilai yang harus dimiliki siswa.  Penguatan pendidikan moral (moral education) atau pendidikan karakter (character education)  dalam konteks sekarang sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang sedang melanda di negara kita. Krisis tersebut antara lain berupa meningkatnya pergaulan bebas, maraknya angka kekerasan anak-anak dan remaja, kejahatan terhadap teman, pencurian remaja, kebiasaan menyontek, penyalahgunaan obat-obatan, pornografi, dan perusakan milik orang lain sudah menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara tuntas, oleh karena itu betapa pentingnya pendidikan karakter.

 
Berbicara tentang karakter sesungguhnya karakter merupakan pilar penting dalam kehidupan bangsa dan negara. Ia ibarat kemudi dalam kehidupan. Namun dalam kenyatannya, perhatian terhadap karakter yang begitu pentingnya tidak di perhatikan dengan baik bahkan boleh dibilang terabaikan.  Seperti dikemukakan sebelumnya bahwa inti pendidikan karakter bukanlah sekadar mengajarkan pengetahuan kepada peserta didik tentangmana yang baik dan mana yang buruk. 


Namun lebih dari itu, pendidikan karakter merupakan proses menanamkan nilai-nilai positif kepada peserta didik melalui berbagai cara yang tepat. Pendidikan karakter yang menjadi isu utama dunia pendidikan saat ini sebenarnya bukan sesuatu yang baru. Latar belakang menghangatnya isu pendidikan karakter adalah harapan tentang pemenuhan sumber daya manusia yang berkualitas yang lahir dari pendidikan. Dengan demikian, penanaman pendidikan karakter sudah tidak dapat ditawar untuk diabaikan, terutama pada pembelajaran di sekolah, di samping lingkungan keluarga dan masyarakat.

Secara umum, nilai-nilai karakter atau budi pekerti ini menggambarkan sikap dan perilaku dalam hubungan dengan Tuhan, diri sendiri, masyarakat dan alam sekitar. Mengutip dari pendapatnya Lickona (1991), “pendidikan karakter secara 

psikologis harus mencakup dimensi penalaran berlandasan moral (moral reasoning), perasaan berlandasan moral (moral behaviour). Dalam rangka memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter, ada 18 nilai-nilai dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa yang dibuat oleh Diknas.  Mulai tahun ajaran 2011, seluruh tingkat pendidikan di Indonesia harus menyisipkan pendidikan berkarakter tersebut dalam proses pendidikannya.

  
18 nilai-nilai dalam pendidikan karakter menurut Diknas adalah: 
1. Nilai-nilai dalam pendidikan karakter yang pertama Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. 
2. Nilai-nilai dalam pendidikan karakter yang ke2 Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.  
3. Nilai-nilai dalam pendidikan karakter yang ke3 Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. 
4. Nilai-nilai dalam pendidikan karakter yang yang ke4 Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 
5. Nilai-nilai dalam pendidikan karakter yang yang ke 5 Kerja Keras Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 
6. Nilai-nilai dalam pendidikan karakter yang yang ke6 Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. 
7. Nilai-nilai dalam pendidikan karakter yang yang ke7 Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. 
8. Nilai-nilai dalam pendidikan karakter yang yang ke8 Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. 
9. Nilai-nilai dalam pendidikan karakter yang yang ke9 Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. 
10. Nilai-nilai dalam pendidikan karakter yang yang ke10 Semangat Kebangsaan Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. 
11. Nilai-nilai dalam pendidikan karakter yang yang ke11 Cinta Tanah Air Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. 
12. Nilai-nilai dalam pendidikan karakter yang yang ke12 Menghargai Prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. 
13. Nilai-nilai dalam pendidikan karakter yang yang ke 13 Bersahabat/Komunikatif Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. 
14. Nilai-nilai dalam pendidikan karakter yang yang ke14 Cinta Damai Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. 
15. Nilai-nilai dalam pendidikan karakter yang yang ke15 Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. 
16. Peduli Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. 
17. Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. 
18. Tanggung Jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Demikian pembahasan tentang 18 Nilai-nilai yang Harus dimiliki Siswa atau Anak Didik dalam Pendidikan Karakter, semoga bermanfaat dan menambah wawasaan anda.

Nilai- nilai yang terkandung dalam Pendidikan karakter dalam Dunia Pendidikan

Salam, semoga kita semua menjadi orang yang lebih baik lagi kedepan demi tantangan zaman kedepannya, pada kesempatan kali ini kami akan membahas tentang Nilai-nilai Pendidikan Karakter. Penguatan pendidikan moral (moral education) atau pendidikan karakter (character education)  dalam konteks sekarang sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang sedang melanda di negara kita. Krisis tersebut antara lain berupa meningkatnya pergaulan bebas, maraknya angka kekerasan anak-anak dan remaja, kejahatan terhadap teman, pencurian remaja, kebiasaan menyontek, penyalahgunaan obat-obatan, pornografi, dan perusakan milik orang lain sudah menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara tuntas, oleh karena itu betapa pentingnya pendidikan karakter. 

 
Berangkat dari permasalahan yang sudah dipaparkan diatas bahwasannya banyak sekali permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam dunia pendidikan saat ini yang berdampak serius, kita merasa prihatin mendengar dan melihat hal tersebut untuk itu perlu adanya penanaman kembali nilai- nilai karakter dalam diri siswa. Sebenarnya mungkin siswa memahami tentang sikap-sikap yang baik namun mereka tidak melakukannya maka dari itu perlu adanya pendidikan karakter.

Sebelum membahas tentang nilai-nilai pendidikan karakter, akan dibahas mengenai pengertiannya terlebih dahulu.


Pengertian Pendidikan Karakter
Berikut merupakan pendapat dari beberapa ahli mengenai pengetian pendidikan karakter. Nilai atau value (bahasa inggris) atau velere (bahasa latin) berarti berguna, mampu akan, berdaya, berlaku dan kuat. Nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna, dihargai, dan dapat menjadi objek kepentingan (Muslich, 2011:84). Nilai merupakan dasar acuan dan motivasi dalam bertingkah laku di kehidupan sehari-hari. 

Menurut Kemendiknas (2010:3), karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang  terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.  

Menurut Madison J dalam King M. L (1948:136):“Character education is a national movement creating schools that foster ethical, responsible and caring young people by modeling and teaching good character through emphasis on universal values that we all share”. Artinya pendidikan karakter adalah gerakan nasional menciptakan sekolah yang mendorong etika, bertanggung jawab dan merawat orang-orang muda dengan pemodelan dan mengajarkan karakter yang baik melalui penekanan pada nilai-nilai universal yang kita semua berbagi. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat diartikan bahwa pendidikan karakter adalah upaya-upaya terencana dan terperinci guna
dilaksanakan secara sistamatis dan berkesinambungan untuk membantu siswa dalam mengimplementasikan nilai-nilai kebaikan yang berhubungan dengan hubungan manusia dengan Tuhan YME, diri sendiri, sesama manusia lainnya, lingkungan, bangsa dan negara yang diwujudkan dalam pikiran, perasaan, sikap, perkataan dan perbuatan.  
 
Budaya dan karakter bangsa kini menjadi sorotan tajam masyarakat. Sorotan itu mengenai berbagai aspek kehidupan yang tertuang dalam berbagai tulisan di media cetak, wawancara, dialog, dan gelar wicara di berbagai media yang kita lihat sehari-hari. Persoalan yang tengah muncul di tengah masyarakat seperti korupsi, kekerasan dan tindakan premanisme, kejahatan seksual, kerusuhan, pola hidup konsumtif, politik yang tidak kondusif, krisis keteladanan menjadi hal yang hangat diperbincangkan di media masa dan keseharian kita. 

Berbagai upaya dilakukan pemerintah guna menanggulangi permasalahan tersebut diantaranya membuat peraturan, undang-undang, penerapan hukum yang kuat dan pendidikan.  Implementasi pendidikan karakter juga menjadi perhatian dalam kurikulum 2013, hal tersebut terlihat dari struktur kurikulum 2013 yang memuat mata pelajaran Agama dan Budi Pekerti. Pelajaran Agama dan Budi Pekerti merupakan mata pelajaran yang berfungsi dalam mengembangkan nilai karakter. Dalam kurikulum 2013 sikap berkarakter tidak hanya diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan (Kaslim, 2013:34 dan 36). 


Untuk mewujudkan implementasikan nilai-nilai karakter di sekolah (pendidikan karakter)  dengan baik yakni dengan memberikan pengetahuan (knowing)  mengenai norma atau nilai sehingga siswa bisa merasakan (feel) hal positif dari nilai tersebut dan siswa menjadi terdorong untuk menginternalisasikan nilai karakter tersebut malalui tindakan (action) mereka sehari-hari (Lickona, 2011:70-74).

Ada 2 (dua) jenis indikator untuk mengetahui perwujudan sekolah dan kelas dalam mengembangkan nilai karakter upaya dalam pendidikan karakter. Pertama, indikator untuk sekolah dan kelas. Kedua, indikator untuk mata pelajaran (Kemendiknas, 2010:24).
Melalui pendidikan diharapkan dapat mengurangi masalah mengenai budaya serta karakter bangsa yang telah dikemukakan tadi. Pendidikan merupakan tindakan awal yang bersifat preventif karena pendidikan bertujuan membangun generasi bangsa yang lebih baik. Pemerintah melalui Kemendiknas telah melakukan berbagai kebijakan dan alternatif dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter di sekolah. Salah satu upaya tersebut tertuang dalam buku pedoman sekolah. Buku pedoman tersebut berisi tentang bagaimana caranya sekolah agar dapat berhasil dalam mengembangkan budaya dan karakter bangsa. Pedoman tersebut memaparkan bahwa pendidikan dan budaya karakter bangsa dilakukan melalui pendidikan nilai-nilai atau kebajikan yang menjadi nilai dasar budaya dan karakter
bangsa. Kebajikan yang menjadi atribut suatu karakter pada dasarnya adalah nilai. Oleh karena itu pendidikan budaya dan karakter bangsa pada dasarnya adalah pengembangan nilai-nilai yang berasal dari pandangan hidup atau ideologi bangsa Indonesia, agama, budaya, dan nilai-nilai yang terumuskan dalam tujuan pendidikan nasional.
 
Demikian pembahasan mengenai nilai-nilai dalam pendidikan kurikulum. semoga bermanfaat dan menambah wawasan bagi anda.

Pengertian Kurikulum 2013 dan Pola Pikir Kurikulum 2013

Salam, semoga kita semua diberi kelancaran oleh yang maha memberi kelancaran dalam hidup kita. Pada kesempatan kali ini kami akan membahas tentang Kurikulum 2013. Kunci kesuksesan dalam sebuah pendidikan dan pembelajaran tidak lain adalah seorang guru. Guru memiliki peran yang sangat penting dalam sebuah pendidikan. Mau tidak mau sebagi seorang guru kita dituntuk untuk mengaplikasikan Kurikulum 2013 ini dalam sebuah pembelajaran. Pembahasan kali ini terkait dengan kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi yang mewajibkan anak untuk aktif dalam pembelajaran. karena yang kita gunakan saat ini adalah kurikulum 2013 yang berbasis karakter ini karena krisis moral yang dihadapi bangsa kita ini, korupsi, narkoba, DLL yang dapat merusak bangsa kita ini, yang dampaknya luar biasa maka dari itu kita seorang pendidik digunakan untuk merubah hal itu, okeh tanpa berlama-lama kita bahas kurikulum 2013 sebagai kurikulum berbasis karakter dan kompetensi.


Sebelum kita bahas mendalam tentang Kurikulum 2013 ini, kita bahas pengertian kurikulum, Kurikulum merupakan suatu rencana yang memberi pedoman atau pegangan dalam proses kegiatan belajar-mengajar (Nana Syaodih, 2009: 5). Pengertian tersebut juga sejalan dengan pendapat Nasution (2006: 5) yang menyatakan bahwa kurikulum dipandang sebagai suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar-mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya. 

Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 19, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum biasanya dibedakan antara kurikulum sebagai rencana dengan kurikulum yang fungsional. Rencana tertulis merupakan dokumen kurikulum, sedangkan kurikulum yang dioperasikan di dalam kelas merupakan kurikulum fungsional (Nana Syaodih, 2009: 5).

Baca juga: Pengertian Pendekatan Saintifik dan Penerpan Pendekatan Saintifik. 

Pengertian Kurikulum 2013
Sedangkan Pengertian Kurikulum 2013 itu sendiri ialah, sebuah kurikulum yang terintegrasi, maksaud dari integrasi ini adalah sebuah kurikulum yang mengintegrasikan Skill, Theme, Concepts, And Topic baik dalam bentuk Within Sigle disciplines, Acrous several disciplines and Within and Acrous Learners.

dengan kata lain bahwa kurikulum 2013 ialah kurikulum yang terpadu sebagai suatu konsep dapat dikatakan sebagai sebuah sistem atau pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa disiplin ilmu untuk memberikan pengalaman yang bermakna dan luas kepada peserta didik.

Dikatakan bermakna karena dalam kurikulum konsep terpadu, peserta didik akan memahami konsep-konsep yang akan mereka pelajari itu utuh dan realistis. Dikatakan luas karena yang akan mereka peroleh tidak hanya dalam satu ruang lingkup disiplin saja melainkan semua lintas disiplin karena di pandang berkaitan satu sama lain.

(E. Mulyasa, 2013: 7) Kurikulum 2013 lebih ditekankan pada pendidikan karakter, terutama pada tingkat dasar, yang akan menjadi pondasi bagi tingkat berikutnya. Melalui pengembangan kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi, kita berharap bangsa ini menjadi bangsa yang bermartabat, dan masyarakatnya memiliki nilai tambah (added value), dan nilai jual yang bisa ditawarkan kepada orang lain di dunia, sehingga kita bisa bersaing, bersanding dan bahkan bertanding dengan bangsa-bangsa lain dalam pencaturan global. Hal ini di mungkinkan, kalau implementasi kurikulum 2013 betul-betul dapat menghasilkan insan yang produktif, kreatif, inovatif, dan berkarakter.

Pendidikan karakter dalam kurikulum 2013 bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan, yang mengarah pada budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan standar kompetesi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui implementasi kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi sekaligus berbasis karakter, dengan pendekatan tematik dan kontekstual diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karater dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

Dalam implementasi kurikulum 2013, pendidikan karakter dapat di integrasikan dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang studi yang teradapat dalam kurikulum. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap bidang studi perlu dikembangkan, di eksplisitkan, dihubungkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pendidikan nilai, dan pembentuknan karakter tidak hanya dilakukan pada tataran kognitif, tetapi menyentuh internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Pendidiak karakter pada tingkat satuan pendidikan mengarah pada pembentukan budaya sekolah/madrasah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan sehari-hari, serta simbul-simbul yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah/madrasah, dan masyarakat sekitarnya. Budaya sekolah/madrasah merupkan ciri khas, karakter/watak, dan citra sekolah/madrasah tersebut di mata masyarakat luas.

Baca juga: Tujuan dan Karakteristik Pendekatan Saintifik
 
Pola Pikir Kurikulum 2013 
Kurikulum 2013 dibuat seiring dengan kemerosotan karakter bangsa Indonesia pada akhir-akhir ini. Korupsi, penyalahgunaan obat terlarang, pembunuhan, kekerasan, premanisme, dan lain-lain adalah kejadian yang menunjukkan kualitas pendidikan dan sumber daya manusia yang rendah serta rapuhnya fondasi moral dan spiritual kehidupan bangsa (Mulyasa, 2013:14). Selain itu, penyebab perlunya mengembangkan kurikulum 2013 adalah beberapa hasil dari riset internasional yang dilakukan oleh Global Institute dan Programme for International Student Assessment (PISA) merujuk pada suatu simpulan bahwa prestasi peserta didik Indonesia tertinggal dan terbelakang (Mulyasa, 2013: 60).  

Tujuan dari pengembangan kurikulum 2013 menurut Kemendikbud adalah (Permendikbud No. 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah): Tujuan Kurikulum 2013 adalah mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. 



Kurikulum 2013 dikembangkan dari kurikulum 2006 (KTSP) yang dilandasi pemikiran tentang tantangan masa depan, persepsi masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pedagogi, kompetensi masa depan, dan fenomena negatif yang mengemuka (Pedoman Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013, 2013: 4).

Kurikulum 2013 mempunyai empat kompetensi inti (KI) yang berisi tujuan dari proses pembelajaran. Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut (Permendikbud No. 69 Tahun 2013
Tentang Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah): 

1) Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;
2) Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
3) Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan
4) Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang berbasis karakter dan kompetensi (Mulyasa, 2013: 163). Kurikulum 2013 tidak hanya menekankan kepada pengusaan kompetensi siswa, melainkan juga   pembentukkan karakter. Sesuai dengan kompetensi inti (KI) yang telah ditentukan oleh Kemendikbud, KI 1 dan KI 2 berkaitan dengan tujuan pembentukkan karakter siswa sedangkan KI 3 dan KI 4 berkaitan dengan penguasaan kompetensi siswa.  

Sekian pembahasan mengenai pengertian dan pola pikir kurikulum 2013, semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan anda.

Sunday, November 25, 2018

MANFAATKAN DANA DESA UNTUK PEMBINAAN PAUD




Bagi Pengelola PAUD beserta Pendidik PAUD patut bersyukur atas upaya keras yang dilakukan Direktorat Jenderal  PAUD dan Dikmas memperjuangkan meningkatkan kesejahteraan.  Dalam Angka Partisipasi Kasar (APK) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) saat ini mencapai 72 persen.  Meningkatnya APK PAUD akan dibarengi dengan upaya meningkatkan kesejahteraan bagi Tenaga Pendidik PAUD.

Menurut Direktur Jenderal PAUD dan Pendidikan Masyarakat, Harris Iskandar bahwa dari total 19 juta anak usia dini di Indonesia,  baru sekitar 12 juta anak yang sudah mendapatkan layanan PAUD.  Dan beliau optimis APK PAUD akan cepat mencapai angka 100 persen dengan adanya Bantuan Operasional Pendidikan (BOP) untuk PAUD dan Dana Desa melalui kerja sama dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.
 “Kita mulai dengan BOP PAUD. Sekarang seluruh lembaga PAUD sudah kita berikan BOP. Tahun ini ada 3,5 trilyun (rupiah), tahun lalu 2,3 trilyun, dan tahun depan 4 trilyun. Dihitungnya setiap anak 600-ribuan. Komitmen Kementerian Desa bahwa dana desa dapat dimanfaatkan bagi pembinaan PAUD harus ditanggapi secara baik oleh lembaga PAUD di desa,” ujar Harris Iskandar dalam “Sosialisasi Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Penuntasan Ikut PAUD Pra Sekolah Dasar” di BP PAUD Dikmas Jawa Timur, Kamis (16/8). 


Menurut Harris, harus diakui saat ini nasib Tenaga Pendidik Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di daerah pedesaan yang berlatar belakang lulusan SMA  belum banyak dipikirkan oleh pemerintah. Sebab untuk menjadi seorang Pendidik PAUD tidak mudah. Apalagi PAUD merupakan pendidikan fondasi bagi anak.
“Seperti yang disampaikan banyak guru hampir diseluruh negeri ini, para Pendidik PAUD berseloroh gaji mereka itu Sajuta. Ini bukan jumlah gaji yang mereka terima sebesar sajuta rupiah, tetapi singkatan. “SAJUTA” itu artinya “SA”bar, JUjur dan TAwakal. Ini menjadi tantangan tidak saja pemerintah pusat tetapi seluruh pemangku kepentingan pendidikan untuk lebih peduli untuk meningkatkan kesejahteraan bagi guru PAUD,” ujarnya.

Sementara itu, pegiat PAUD dan konsultan PAUD Bank Dunia Dr Yulianti Siantayani, M.Pd mengatakan tdak bisa kita pungkiri, persoalan paling mendasar yang hadapi para guru adalah kesejahteraan. Dan yang paling memprihatinkan adalah nasib Pendidik-pendidik PAUD. Saya banyak ditemui Pendidik PAUD di daerah seperti Demak, Jepara, Pasuruan, Lumajang  atau di pesisir pantura yang hanya berpendidikan SMP atau SMA dengan gaji sekitar Rp 100.000/bulan.
“Padahal, negara itu mempunyai keinginan untuk mengentaskan pendidikan dengan standarisasi, termasuk bagi Pendidik PAUD. Bagaimana mungkin mereka bisa mengajar dengan baik,  ketika mereka berada diruangan kelas, perhatian serta konsentrasi mereka terpecah dan sedih karena mereka bingung hari ini keluarganya di rumah akan makan apa,” katanya.


Dikatakan, Pendidik PAUD perlu memberikan apresiasi dan penghargaan terhadap upaya baik yang telah dilakukan pemerintah pusat untuk memberikan perhatian lebih kepada para Pendidik nya. Untuk PAUD saya mendapat informasi   akan ada bantuan operasional penyelenggaraan PAUD (BOP PAUD) bagi 180.000 lembaga PAUD. Termasuk yang berada di daerah-daerah perbatasan, serta pengembangan mutu bagi 12.459 lembaga PAUD. Dan peningkatan mutu SDM untuk 11.398 guru PAUD, serta mendorong pemanfaatan dana desa untuk pembinaan PAUD.
“Saya rasa pemerintah pusat telah cukup baik dalam upaya memberikan perhatian kepada program PADU dan TK. Hanya saja pemerintah daerah berdasarkan catatan saya masih sangat terbatas dan masih kurang memberikan dukungan untuk program pendidikan anak usia dini,” katanya.
Padahal, untuk menjadikan anak Indonesia  yang cerdas dan pintar dibutuhkan pendidikan dasar atau fondasi kuat. Antara lain karakter, kemampuan sosial, emosi, kognitif, dan bahasa. Pendidikan ini dapat diberikan pada usia dini, yaitu empat tahun pertama usia emas hingga usia delapan tahun. Jika melihat kondisi di lapangan, mana mungkin bila masih banyak pendidik PAUD yang input-nya berasal dari latar belakang berbeda, baik potensi maupun pendidikannya.

Menstandarisasi kompetensi yang dimiliki Pendidik PAUD dan TK, tidak hanya dengan sertifikasi sebetulnya. Sebab solusi tersebut tidak menjamin mereka menjadi pendidik hebat.  Misalnya seperti pengumpulan portofolio yang diharapkan bisa menghandel pembelajaran secara optimal, ternyata dalam praktiknya tidak. Mestinya jika pemerintah ingin memberikan syarat standardisasi harus jelas, karena pengalaman selama ini banyak ijazah yang difiktifkan hanya untuk tujuan insentif.

Pendidikan di Indonesia memang sedang menuju ke arah sertifikasi, tapi proses tersebut juga dibutuhkan pengawalan dari awal hingga akhir agar pelaksanaannya tuntas. Karena itu, sertifikasi dengan pendidikan profesi guru (PPG) dapat dijadikan sebagai formula yang ideal, yakni dua semester untuk enam bulan teori dan enam bulan praktik. Selain itu, harus melibatkan pihak terkait, seperti lembaga mitra yang berkompeten dan perguruan tinggi.

Di samping itu, pemerintah harus bekerja sama dengan perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta untuk memperluas akses S1 dan S2 PAUD. Dengan PPG diharapkan dapat lebih maju daripada portofolio. Tentunya harus melibatkan pihak terkait, seperti Dinas Pendidikan, akademisi, dan Badan Akreditasi Nasional (BAN) agar dapat bersinergi.


Sumber  :  http://anggunpaud.kemdikbud.go.id

Sunday, December 9, 2018

9 PERUBAHAN K13 (KURIKULUM 2013 UPDATE TAHUN 2017)

9 PERUBAHAN K13 (KURIKULUM 2013 UPDATE TAHUN 2017)



LANGSUNG SAJA DISIMAK DIBAWAH INI !!!
PERUBAHAN TERBARU DARI K13/KURTILAS/KURIKULUM 13"
CEKIDOT..









 


Update Kurikulum 2013 Tahun 2017 - Ini sangat penting untuk diketahui oleh semua guru terutama bagi guru yang sekolahnya melaksanakan Kurikulum 2013. Nah setelah hasil revisi kurikulum 2013 selesai tentunya pasti ada perubahan yang terjadi dan perubahan tersebut akan kami bagikan melalui blog pendidikan ini. dan yang kita telah ketahui bersama bahwa Resmi! Mulai Juli tahun 2017 Kurikulum 2013 Diberlakukan Secara Nasional. Nah Apa saja perubahannya. berdasarkan informasi yang kami kutip dari salah posting di foruum guru indonesia, berikut adalah hasil pelatihan yang perlu disampaikan kepada guru di indonesia.
1. 9 Perubahan Kurikulum 2013 Tahun 2017
 Ini sangat penting untuk diketahui oleh semua guru terutama bagi guru yang sekolahnya mel 9 PERUBAHAN K13 (KURIKULUM 2013 UPDATE TAHUN 2017)
  1. Nama kurikulum tidak berubah menjadi kurikulum nasional tapi tetap *Kurikulum 2013 Edisi R evisi* yang berlaku secara Nasional.
  2. Penilaian sikap KI 1 dan KI 2 sudah ditiadakan di setiap mata pelajaran hanya agama dan ppkn namun *KI tetap dicantumkankan dalam penulisan RPP*.
  3. Jika ada 2 *nilai praktik* dalam 1 KD , maka yang diambil adalah nilai yang tertinggi. Penghitungan *nilai ketrampilan* dalam 1 KD ditotal (praktek, produk, portofolio) dan diambil nilai rata2. untuk pengetahuan, bobot penilaian harian, dan penilaian akhir semester itu sama.
  4. pendekatan scientific 5M bukanlah satu2 nya metode saat mengajar dan apabila digunakan maka susunannya tidak harus berurutan.
  5. *Silabus kurtilas* edisi revisi lebih ramping hanya 3 kolom. Yaitu *KD, materi pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran*.
  6. Perubahan *terminologi* ulangan harian menjadi *penilaian harian*, uas menjadi *penilaian akhir semester* untuk semester 1 dan *penilaian akhir tahun* untuk semester 2. Dan sudah tidak ada lagi uts, langsung ke penilaian akhir semester.
  7. *Dalam RPP*, tidak perlu disebutkan nama metode pembelajaran yang digunakan dan *materi dibuat dalam bentuk lampiran berikut dengan rubrik penilaian* (jika ada).
  8. *Skala penilaian* menjadi *1-100*. *Penilaian sikap* diberikan dalam bentuk *predikat dan deskripsi*.
  9. Remedial diberikan untuk yang kurang namun sebelumnya siswa diberikan pembelajaran ulang. Nilai Remedial adalah nilai yang dicantumkan dalam hasil.
Adapun Salah satu hasil Bimtek Kurikulum Nasional yang akan diberlakukan tahun pelajaran baru adalah guru harus memiliki Kelengkapan berikut :
2. BUKU KERJA GURU
A. BUKU KERJA 1 :
1. SKL, KI, dan KD
2. Silabus
3. RPP
4. KKM

B. BUKU KERJA 2 :

1. Kode Etik Guru
2. Ikrar Guru
3. Tata Tertib Guru
4. Pembiasaan Guru
5. Kalender Pendidikan
6. Alokasi Waktu
7. Program Tahunan
8. Program Semester
9. Jurnal Agenda Guru

C. BUKU KERJA 3 :

1. Daftar Hadir
2. Daftar Nilai
3. Penilaian Akhlak/Kepr
4. Analisis Hasil Ulangan
5. Progpel Perbaikan & Pengayaan
6. Daftar buku Pegawai Guru/Siswa
7. Jadwal Mengajar
8. Daya Serap Siswa
9. Kumpulan Kisi soal
10. Kumpulan Soal
11. Analisis Butir Soal
12. Perbaikan Soal

D. BUKU KERJA 4 :

1. Daftar Evaluasi Diri Kerja Guru
2. Program Tindak Lanjut Kerja Guru




Update Informasi Kurikulum 2013 tahun 2017
Poin penting atau penejelasan singkat Perbedaan RPP K13 Edisi Revisi 2017 Dengan RPP K13 Revisi 2016. Kurikulum 2013 sekarang sudah direvisi lagi untuk tahun 2017. Revisi K13 Tahun 2017 tidak terlalu signifikan, namun perubahan di fokuskan untuk meningkatkan hubungan atau keterkaitan antara kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD).
Sedangkan dalam Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) K13 revisi 2017, yang dibuat harus muncul empat macam hal yaitu; PPK, Literasi, 4C, dan HOTS sehingga perlu kreatifitas guru dalam meramunya.
Perbaikan atau revisi Kurikulum 2013 tahun 2017 Adalah sebagai berikut :
Mengintergrasikan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) didalam pembelajaran. Karakter yang diperkuat terutama 5 karakter, yaitu: religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas. Mengintegrasikan literasi; keterampilan abad 21 atau diistilahkan dengan 4C (Creative, Critical thinking, Communicative, dan Collaborative);
Mengintegrasikan HOTS (Higher Order Thinking Skill). Gerakan PPK perlu mengintegrasikan, memperdalam, memperluas, dan sekaligus menyelaraskan berbagai program dan kegiatan pendidikan karakter yang sudah dilaksanakan sampai sekarang.



PERUBAHAN ISTILAH DALAM KURIKULUM 2013 ATAU K13 REVISI 2017

Penting Untuk Di Ketahui, Oleh rekan-rekan guru mengenai perkembangan kurikulum 2013 terbaru yang kami bagikan ini karena ada cukup banyak perubahan istilah k13 tahun 2017. Selain itu kami juga membagikan "Panduan Penyusunan RPP Kurikulum 2013 Tahun 2017" Yang bisa bapak dan ibu Download File PDF nya mellaui tautan yang kami sematkan dibawah. Jangan lupa anda juga bisa mempelajari contoh-contoh rpp k13 revisi terbaru dan poin-poin penting yang harus diubah dalam perangkat pembelajaran anda.
Adapun Berdasarkan permen No 53/2015 dinyatakan tidak BERLAKU dan dirubah menjadi PERMENDIKBUD No 23/2016 tentang PENILAIAN revisi Kurikulum 13.
 Ini sangat penting untuk diketahui oleh semua guru terutama bagi guru yang sekolahnya mel 9 PERUBAHAN K13 (KURIKULUM 2013 UPDATE TAHUN 2017)
Dibawah ini merupakan beberapa daftar perubahan istilah kurikulum 2013 terbaru 2017 yang sangat penting diketahui oleh rekan-rekan guru seluruh Indonesia khususnya yang melaksanakan kurikulum 2013 Tahun pelajaran 2017/2018. Selamat membaca
1.      Istilah KKM berubah istilah drngan KBM ( Ketuntasan Belajar Minimal )
2. Istilah UH berubah istilah dengan PH ( Penilaian Harian ).
3. Istilah UTS berubah istilah dgn PTS ( Penilaian Tengah Semester )
4. Istilah UAS berubah istilah dgn PAS ( Penilaian Akhir Semester ) Gasal/Genap
5. Istilah UKK berubah PAT ( Penilaian Akhir Tahun )

PAT materi soalnya meliputi semester GANJIL 25 % dan semester *GENAP 75 %
> KENAIKAN KELAS LIHAT KBM ( 60 )
a. Semester Ganjil = 55
b. Semester Genap = 65

120 : 2 = 60 Tuntas



Siswa dinyatakan TIDAK NAIK KELAS
1. Terdapat 3 nilai Mapel yang KBMnya tidak TUNTAS.
2. Nilai Pengetahuan Ki.3 harus Tuntas.
3. Nilai Ketrampilan Ki.4 harus Tuntas.
4. Ki.1 dan Ki.2 harus BAIK.
KKM ( KBM ) semua mapel sama.
Ki 1 dan Ki 2 Observasi guru dalam jurnal yang ditulis yang KURANG dan yang AMAT BAIK

1) Sikap dikatakan Tuntas, jika predikat minimal B (baik)
2) Pengetahuan dan Keterampilan , dikatakan Tuntas jika predikat Minimal C.
3) K-13: Sebuah mapel dikatakan Tuntas , jika Pengetahuan dan keterampilan Tuntas.
4) 2006: Sebuah mapel dikatakan tuntas jika pengetahuan dan keterampilan (jika ada keterampilan), dan sikap tuntas.
5) Tidak perlu bingung dg Prefikat C pada mapel Pengetahuan dan Keterampilan, krn C berarti sdh Tuntas.
6) Predikat untuk Pengetahuan dan Keterampilan, didasarkan pd KKM masing2 sekolah.

Contoh:
jika KBM 75,
maka
< 75. = D (tidak tuntas)
75-82. = C (tuntas dg cukup)
83 - 90. = B (tuntas dg baik)
91-100. = A (tuntas dengan sangat baik)

7) Jadi jangan menaik-naikkan nilai untuk mengejar B, atau menurunkan KBM dari yg sdh ditetapkan masing2 sekolah.
8) Predikat pengetahuan dan keterampilan tidak berpengaruh pada SNMPTN.
REMIDI ---> Materi yang pernah diujikan.

1. Permendikbud No.20 Th 2016 tentang STANDAR KOPETENSI LULUSAN
( Permendikbud No.54 Th.2013 dinyatakan TIDAK BERLAKU ).
2. Permendikbud No.21 Th 2016 tentang STANDAR ISI PENDIDIKAN DASAR dan MENENGAH
( Permendikbud No.65 Th.2013 dinyatakan TIDAK BERLAKU ).
3. Permendikbud No.22 Th 2016 tentang STANDAR PENDIDIKAN DASAR dan MENENGAH
( Permendikbud No.54 Th.2013 dinyatakan TIDAK BERLAKU ).
4. Permendikbud No.23 Th 2016 tentang STANDAR PENILAIAN
( Permendikbud No.66 Th.2013 dan Permendikbud No.104 tahun 2014 dinyatakan TIDAK BERLAKU ).

3. Permendikbud No.24 Th 2016 tentang KOPETENSI INTI dan KOPETENSI DASAR

Kalau Ulangan Akhir Semester ganjil (UAS) berubah menjadi Penilaian Akhir Semester ganjil (PAS)
Kalau Ulangan Kenaikan Kelas (UKK) berubah menjadi Penilaian Akhir Tahun (PAT).
lihat juga penampakkan diatas tentang kriteria dan skala penilaian penetapan KKM kurikulum 2013 terbaru
 Ini sangat penting untuk diketahui oleh semua guru terutama bagi guru yang sekolahnya mel 9 PERUBAHAN K13 (KURIKULUM 2013 UPDATE TAHUN 2017)
 Ini sangat penting untuk diketahui oleh semua guru terutama bagi guru yang sekolahnya mel 9 PERUBAHAN K13 (KURIKULUM 2013 UPDATE TAHUN 2017)

Panduan Penyusuan RPP K13 Revisi Tahun 2017

Berikut adalah isi komponen urutan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran atau RPP Kurikulum 2013 Revisi 2017 yang perlu diketahui oleh bapak dan ibu guru.

a. identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan;
b. identitas mata pelajaran atau tema/subtema;
c. kelas/semester;
d. materi pokok;
e. alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai;
f. tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
g. kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi;
h. materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi;
i.metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik siswa dan KD yang akan dicapai;
j. media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran;
k. sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan;
l. langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti, dan penutup; dan
m. penilaian hasil pembelajaran.

RPP REVISI K13
Sahabat guru Indonesia, Pada postingan kali ini izinkanlah kami berbagi Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kurikulum 2013 Revisi 2017 dan Perbedaannya Dengan RPP K13 Revisi 2016. Informasi ini cukup penting diketahui oleh rekan-rekan guru Indonesia khususnya bagi anda yang mengajar pada sekolah yang telah melaksanakan Kurikulum 2013 tahun ini. Pada postingan ini selain kami langsung memberikan Contoh RPP k13 revisi terbaru 2017, artikel ini juga akan menjelaskan beberapa perbedaan pada RPP K13 revisi tahun 2017. Apa saja itu, berikut penjelasannya.
Pertama, berikut adalah poin penting atau penejelasan singkat Perbedaan RPP K13 Edisi Revisi 2017 Dengan RPP K13 Revisi 2016. Kurikulum 2013 sekarang sudah direvisi lagi untuk tahun 2017. Revisi K13 Tahun 2017 tidak terlalu signifikan, namun perubahan di fokuskan untuk meningkatkan hubungan atau keterkaitan antara kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD).
Sedangkan dalam Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) K13 revisi 2017, yang dibuat harus muncul empat macam hal yaitu; PPK, Literasi, 4C, dan HOTS sehingga perlu kreatifitas guru dalam meramunya.
Perbaikan atau revisi Kurikulum 2013 tahun 2017 Adalah sebagai berikut :
Mengintergrasikan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) didalam pembelajaran. Karakter yang diperkuat terutama 5 karakter, yaitu: religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas. Mengintegrasikan literasi; keterampilan abad 21 atau diistilahkan dengan 4C (Creative, Critical thinking, Communicative, dan Collaborative);
Mengintegrasikan HOTS (Higher Order Thinking Skill).
Gerakan PPK perlu mengintegrasikan, memperdalam, memperluas, dan sekaligus menyelaraskan berbagai program dan kegiatan pendidikan karakter yang sudah dilaksanakan sampai sekarang. Pengintegrasian dapat berupa :
  • Pemaduan kegiatan kelas, luar kelas di sekolah, dan luar sekolah (masyarakat/komunitas);
  • Pemaduan kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler;
  • Pelibatan secara serempak warga sekolah, keluarga, dan masyarakat;
Perdalaman dan perluasan dapat berupa:
  • Penambahan dan pengintensifan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada pengembangan karakter siswa,
  • Penambahan dan penajaman kegiatan belajar siswa, dan pengaturan ulang waktu belajar siswa di sekolah atau luar sekolah;
  • Penyelerasan dapat berupa penyesuaian tugas pokok guru, Manajemen Berbasis Sekolah, dan fungsi Komite Sekolah dengan kebutuhan Gerakan PPK.
Penjelasan Singkat tentang Gerakan Literasi Sekolah
Pengertian Literasi dalam konteks Gerakan Literasi Sekolah adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/atau berbicara. Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik.
Literasi lebih dari sekadar membaca dan menulis, namun mencakup keterampilan berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital, dan auditori. Literasi dapat dijabarkan menjadi ;
  1. Literasi Dini (Early Literacy),
  2. Literasi Dasar (Basic Literacy),
  3. Literasi Perpustakaan (Library Literacy),
  4. Literasi Media (Media Literacy),
  5. Literasi Teknologi (Technology Literacy),
  6. Literasi Visual (Visual Literacy).
Keterampilan abad 21 atau diistilahkan dengan 4C (Communication, Collaboration, Critical Thinking and Problem Solving, dan Creativity and Innovation).
Inilah yang sesungguhnya ingin kita tuju dengan K-13, bukan sekadar transfer materi. Tetapi pembentukan 4C. Beberapa pakar menjelaskan pentingnya penguasaan 4C sebagai sarana meraih kesuksesan, khususnya di Abad 21, abad di mana dunia berkembang dengan sangat cepat dan dinamis. Penguasaan keterampilan abad 21 sangat penting, 4 C adalah jenis softskill yang pada implementasi keseharian, jauh lebih bermanfaat ketimbang sekadar pengusaan hardskill.
Higher Order of Thinking Skill (HOTS) adalah kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif yang merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Kurikulum 2013 juga menuntut materi pembelajarannya sampai metakognitif yang mensyaratkan peserta didik mampu untuk memprediksi, mendesain, dan memperkirakan. Sejalan dengan itu ranah dari HOTS yaitu analisis yang merupakan kemampuan berpikir dalam menspesifikasi aspek-aspek/elemen dari sebuah konteks tertentu; evaluasi merupakan kemampuan berpikir dalam mengambil keputusan berdasarkan fakta/informasi; dan mengkreasi merupakan kemampuan berpikir dalam membangun gagasan/ide-ide.
Maka tidak mungkin lagi menggunakan model/metode/strategi/pendekatan yang berpusat kepada guru, namun kita perlu mengaktifkan siswa dalam pembelajaran (Active Learning). Khusus untuk PPK merupakan program yang rencananya akan disesuaikan dengan 5 hari belajar atau 8 jam sehari sedangkan untuk 2 hari merupakan pendidikan keluarga.
 Ini sangat penting untuk diketahui oleh semua guru terutama bagi guru yang sekolahnya mel 9 PERUBAHAN K13 (KURIKULUM 2013 UPDATE TAHUN 2017)
COntoh RPP Kurikulum 2013 Revisi 2017
Seperti yang telah kami tuliskan diatas perbedaan revisi kurikulum 2013 tahun 2017 dengan rpp revisi tahun 2016, maka berikut kami bagikan contohnya dan juga filenye yang bisa bapak dan ibu download secara gratis melalui tautan yang kami sematkan dibawah.






RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
TEMATIK TERPADU


                                    Sekolah                       :           SDN 14 Rambang
Kelas/Semester            :           IV/2(dua)
                                    Tema                           :           6. Cita - Citaku
                                    Subtema                      :           2. Hebatnya Cita - Citaku
                                    Pembelajaran ke          :           6
                                    Alokasi Waktu            :           6 x 35 menit (1 kali pertemuan)

A.      Kompetensi Inti (KI)

1.      Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
2.      Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya.
3.      Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.
4.      Menyajikan pengetahuan faktual dalam  bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

B.       Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Bahasa Indonesia

Kompetensi Dasar
Indikator Pencapaian Kompetensi
3.6 Menggali isi dan amanat puisi yang disajikan secara lisan dan tulis dengan tujuan untuk kesenangan
3.6.1. Mendiskusikan isi dan amanat puisi yang disajikan secara lisan dengan tujuan untuk kesenangan.
3.6.2. Menyimpulkan isi dan amanat puisi yang disajikan secara tertulis dengan tujuan untuk kesenangan.
4.6 Melisankan puisi hasil karya pribadi dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat sebagai bentuk ungkapan diri
4.6.1 Meniru contoh pengucapan puisi dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat.
4.6.2 Melatih pengucapan  puisi hasil karya pribadi dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat sebagai bentuk ungkapan diri.
4.6.3  Mendemonstrasikan puisi hasil karya pribadi dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat sebagai bentuk ungkapan diri


Kompetensi Dasar
Indikator Pencapaian Kompetensi

3.3 Mengetahui gerak tari kreasi daerah

3.3 Menyebutkan macam – macam tari kreasi daerah.
3.3 Memasangkan  gambar gerak tari kreasi daerah dengan nama tarian tersebut.

4.3 Meragakan gerak tari kreasi daerah
4.3.1 Melatih gerak tari kreasi daerah
4.3.2 Menampilkan gerak tari kreasi daerah


Karakter  : Disiplin, Kerjasama, syukur


A.  Tujuan Pembelajaran
1.    Setelah membaca puisi , siswa dapat mendiskusikan isi dan amanat puisi yang disajikan secara lisan.
2.    Siswa dapat menyimpulkan isi dan amanat puisi yang disajikan secara tertulis dengan tepat.
3.    Siswa dapat  menirukan contoh pengucapan puisi dengan lafal, intonasi, dan ekspresi dengan  tepat.
4.    Siswa dapat melatih pengucapan  puisi hasil karya pribadi dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat.
5.    Siswa dapat mendemonstrasikan puisi hasil karya pribadi dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat di depan kelas.
6.    Siswa dapat menyebutkan macam – macam tari kreasi daerah setelah membaca teks secara mandiri.
7.    Siswa dapat memasangkan  gambar gerak tari kreasi daerah dengan nama tarian tersebut dengan tepat.
8.    Siswa dapat melatih gerak tari kreasi daerah secara berkelompok dengan tekun.
9.    Siswa dapat menampilkan gerak tari kreasi daerah secara berkelompok dengan serasi.


B.       Materi Pembelajaran.

1.    Puisi anak
2.    Teknik pengucapan puisi.
3.    Tari daerah di Indonesia.

C.  Metode Pembelajaran

Metode Pembelajaran: Tanya jawab, diskusi, Cooperative Learning, demonstrasi.
Pendekatan Pembelajaran:Saintifik



D.  Langkah-langkah Pembelajaran

Kegiatan
Deskripsi
Alokasi Waktu
Pendahuluan



1.      Kelas dibuka dengan salam, menanyakan kabar dan mengecek kehadiran siswa.
2.      Kelas dilanjutkan dengan doa dipimpin oleh salah seorang siswa. Siswa yang diminta membaca doa adalah siswa yang hari itu dating paling awal ( Menghargai kedisiplinan siswa )
3.      Siswa diingatkan untuk selalu mengutamakan sikap disiplin setiap saat dan manfaatnya bagi tercapainya cita – cita.
4.      Menyanyikan Lagu Garuda Pancasila. Guru memberikan penguatan tentang pentingnya menanamkan semangat Nasionalisme.
5.      Siswa diminta untuk memeriksa kerapian diri dan kebersihan kelas
6.      Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang tujuan, manfaat dan aktivitas pembelajaran yang akan dilakukan.
7.      Siswa menyimak penjelasan guru tentang pentingnya sikap disiplin, kerjasama, danmandiri yang akan dikembangkan dalam pembelajaran.

8.      Pembiasaan membaca 15 menit dimulai dengan guru menceritakan tentang kisah masa kecil salah satu tokoh dunia ( Misal : Ibnu Sina, Isaac Newton , dll).

Sebelum membacakan buku, guru menjelaskan tujuan kegiatan literasi dan mengajak siswa mendiskusikanpertanyaan-pertanyaan berikut:
-       apa yang tergambar pada sampul buku?
-       apa judulbuku?
-       kira-kira buku ini menceritakan apa?
-       pernahkah kamu membaca judul seperti itu?
-       apa saja yang kamu ingin ketahui dari buku ini?
· Guru  membacakan cerita pada buku dan  menunjukkan ekspresi dan intonasi yang sesuai. Siswa menyimak dengan seksama.
· Setelah guru membacakan buku, siswa diminta menuliskan kesimpulan / ringkasan cerita pada selembar kertas berwarna.
9.      Menyegarkan suasana kembali dengan menyanyikan Lagu Aku Seorang Kapiten. Berikan penguatan bahwa cita – cita, apapun itu harus di capai dengan kerja keras.

30 menit
Kegiatan inti

1.             Sebelum memulai pembelajaran, guru menampilkan  gambarseorang perawat yang sedang merawat pasien. Siswa diminta mengamati.
2.             Siswa mengamati gambar yang terdapat pada halaman pertama pembelajaran tentang barisan polisi yang berdiri tegak dalam sebuah upacara. Dengan bimbingan guru, siswa membahas tentang sosok seorang polisi dan pengabdiannya kepada masyarakat karena tugasnya menjaga keamanan dan kenyamanan lingkungan masyarakat.
3.             Guru dapat memberikan beberapa pertanyaan untuk menstimulus ketertarikan siswa tentang topik Cita-Citaku Contoh pertanyaan:
a.  Pernahkah kamu bertemu seorang polisi?
b. Bagaimanakah perasaanmu ketika bertemu seorang   polisi?
c. Apakah ada diantara kalian yang bercita-cita menjadi polisi?
4.             Siswa menyimak penjelasan guru, bahwa hari ini akan mempelajari Puisi dan Budaya tari daerah di Indonesia
5.            Siswa mengamati beberapa gambar kegiatan yang merupakan tugas polisi dalam pengabdiannya kepada masyarakat.
6.             Siswa lalu mencoba menceritakan gambar-gambar tersebut dengan teman sebangkunya secara bergantian. Siswa lalu mengamati gambar-gambar tersebut dan menjawab beberapa pertanyaan yang terdapat pada halaman 100.
7.             Siswa difasilitasi untuk mengajukan pertanyaan terkait gambar yang diamati.
8.             Siswa diajak berdiskusi tentang macam – macam jenis pekerjaan yang dicita – citakannya.
9.             Guru menyajikan puisi di depan kelas, siswa diminta mengamati.
10.         Siswa diminta mendiskusikan isi dan amanat puisi tersebut di kelompok.
11.         Siswa dibagikan lembar kerja berupa table dan diminta mengisi tentang isi dan amanat puisi berdasarkan hasil diskusi kelompok sebelumnya.
12.         Siswa diingatkan guru untuk selalu menunjukkan sikaf bekerjasama dengan baik dalam kelompok.
13.         Siswa menyimak pembacan puisi oleh guru dengan tekun, memperhatikan cara pengucapannya yang tepat.
14.         Siswa menirukan pembacaan puisi sebagaimana yang telah dicontohkan oleh guru dengan sebaik – baiknya.
15.         Siswa membuat puisi sendiri dengan tema Cita – Cita.
16.         Guru membimbing siswa untuk membuat puisi dengan baik.
17.         Siswa yang dapat menyelesaikan membuat puisi dengan tepat waktu mendapatkan reward pin dari guru.
18.         Siswa melatih membacakan puisi yang telah dibuatnya di kelompoknya masing – masing dan setiap anggota kelompok saling membantu membetulkan atau memberikan masukan  jika ada pengucapan yang kurang tepat.
19.        Siswa kemudian membacakan puisi hasil karyanya di depan kelas dengan percaya diri
20.        Guru mengajak siswa menyaksikan tayangan video tari Baksa Kembang, khas Kalimantan Selatan.
21.        Siswa diajak bersyukur atas beragamnya kekayaan budaya Indonesia yang dilimpahkan Tuhan YME pada bangsa Indonesia.
22.        Siswa mempertunjukkan hasil kerja kelompoknya untuk menarikan tari hasil kreasi kelompok yang merupakan kreasi dari daerah di Indonesia. Siswa berlatih kembali beberapa gerakan hasil kreasinya dengan mengikuti irama dan ketukan dari musik pengiring tarian tersebut. Siswa bekerja sama dengan kelompoknya agar menghasilkan harmoni yang indah.
23.    Tiap kelompok secara bergantian menampilkan kreasinya dengan kerjasama yang baik.
24.     Siswa menyimak penguatan guru bahwa untuk mencapai cita – cita haruslah disiplin dalam belajar dan selalu berdoa kepada Tuhan YME serta selalu bersyukur atas segala karunia pada bangsa Indonesia.
25.     Siswa bermain “ semut – gajah “
165 menit

Penutup
1.         Siswa bersama guru melakukan refleksi atas pembelajaran yang telah berlangsung ;
·  Apa saja yang telah dipahami siswa?
·  Apa yang belum dipahami siswa?
·  Bagaimana perasaan selama pembelajaran?.
2.        Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran.
3.        Siswa menyimak penjelasan guru tentang aktivitas pembelajaran pada pertemuan selanjutnya. Termasuk menyampaikan kegiatan bersama orangtua,yaitu :meminta orangtua untuk menceritakan tentang tari daerah yang pernah mereka pelajari ketika masih kecil.
4.        Siswa menyimak cerita motivasi tentang pentingnya sikap Disiplin, kerjasama, dan syukur
5.        Siswa menyanyikan lagu ‘pambatangan’
6.      Siswa melakukan operasi semut untuk menjaga kebersihan
  kelas.
7.         Kelas ditutup dengan doa bersama dipimpin salah seorang siswa.
15 Menit