Media Informasi Seputar pendidikan

Showing posts sorted by relevance for query pengertian-dan-konsep-dasar-paud. Sort by date Show all posts
Showing posts sorted by relevance for query pengertian-dan-konsep-dasar-paud. Sort by date Show all posts

Thursday, November 1, 2018

PENGERTIAN DAP (DEVELOPMENTALY APPROPRIATE PRACTICE) DALAM PAUD

Secara umum kegiatan pembelajaran di Pendidikan anak Usia dini  PENGERTIAN DAP (DEVELOPMENTALY APPROPRIATE PRACTICE) DALAM PAUD
PAUD-Anakbermainbelajar---Secara umum kegiatan pembelajaran di Pendidikan anak Usia dini (PAUD) seyogyangan mengacu pada suatu standar tertentu. Berbicara mengenai DAP di PAUD, banyak sekali pengertian mengenai DAP yang dikemukakan oleh berbagai ahli atau pakar pendidikan anak. Seorang ahli yang bernama Sue Bredekamp sebagai pencetus DAP mengatakan bahwa DAP bukan kurikulum, bukan merupakan suatu standar yang kaku yang mengharuskan suatu pembelajaran berlangsung, DAP adalah suatu kerangka kerja, sebuah filosofi atau pendekatan yang digunakan saat bekerja bersentuhan dengan anak. Tujuannya adalah memusatkan perhatian kita pada segala sesuatu yang kita ketahui tentang anak dan apa yang dapat kita pelajari tentang anak sebagai individu dan keluarga mereka sebagai dasar pengambilan keputusan. Sebagai individu yang unik harus dilihat bahwa setiap anak adalah istimewa yang memiliki gaya belajar, minat, kepribadian, tempramen, kemampuan dan ketidakmampuan, tantangan dan kesulitan yang berbeda dari masing-masing anak, termasuk keterlambatan dan gangguan perkembangan. Anak juga harus dilihat dari latar belakang dan lingkungan keluarga, budaya dan komunitasnya, juga riwayat keluarga serta kondisi keluarga saat ini.

Terjemahan bebas dari Developmentally Appropriate Practice (DAP) dalam bahasa Indonesia adalah “ Pendidikan yang patut dan menyenangkan”. Tiga dimiensi dalam konsep DAP adalah (1) Patut menurut umur, maksudnya sesuai dengan tahap- tahap perkembangan anak, (2) Patut menurut lingkungan sosial dan budaya, yaitu sesuai dengan pengalaman belajar yang bermakna, relevan dan sesuai dengan kondisi social budaya, dan (3) Patut secara individual, yaitu sesuai dengan pertumbuhan dan karakteristik anak, kelebihannya, ketertarikannya dan pengalaman- pengalamannya. 

Dalam kerangka pendidikan anak usia dini (PAUD) konsep DAP Developmentally Appropriate Practice mencakup 3 dimensi yaitu kesesuaian usia, kesesuaian individu, dan kesesuaian sosial budaya. Berikut penjelasannya :

1. Kesesuaian usia
Dalam penelitian tentang perkembangan manusia menyebutkan bahwa dalam perkembangan 9 tahun pertama terjadi urutan pertumbuhan dan perubahan yang dapat diramalkan. Perubahan tersebut terjadi pada semua aspek perkembangan fisik, emosi, sosial, dan kognitif. Pengetahuan tentang perkembangan dalam rentang usia ini difasilitasi melalui program yang disiapkan dalam lingkungan pembelajaran dan perencanaan yang mengajak anak mengalami pembelajaran sesuai dengan usia anak.

2. Kesesuaian individu
Kenyataanya Setiap anak adalah individu yang unik dengan pola dan waktu pertumbuhan masing-masing. Demikian pula keunikan dalam kepribadian gaya belajar, dan latar belakang keluarga. Baik kurikulum maupun interaksi orang dewasa dengan anak harus merespon terhadap perbedaan masing-masing individu. Pembelajaran pada anak usia dini merupakan hasil interaksi antara pikiran anak dan pengalaman dengan benda-benda, ide-ide dan orang lain di sekitar lingkungan anak. Pengalaman-pengalaman ini harus sesuai dengan kemampuan perkembangan anak, namun juga dapat menantang minat dan pemahaman anak.

3. Kesesuaian Sosial dan Budaya
Anak itu unik dibentuk oleh lingkungan sosial budayanya, karena itu anak tidak bisa dicabut dari akar budayanya masing-masing. Mereka sangat dipengaruhi oleh lingkungan budaya. Seperti apa seorang anak, bisa kita lihat dari keluarganya khususnya orang tuanya. Latar belakang budaya akan berpengaruh terhadap anak. Tidak ada budaya yang jelek atau salah. Semua budaya adalah baik dan perlu dilestarikandan diturunkan dari generasi kegenerasi. Demikian pula lingkungan sosial anak tidak bisa kita salahkan. Karena itu dalam kelas jika kita memiliki anak dari beragam latar belakang sosial dan budaya, maka guru harus bisa memahami dan memperlakukan anak sesuai lingkungan sosial budaya mereka.

Prirsip-prinsip DAP
Pada kegiatan dan program pembelajaran di Lembaga PAUD, Dalam melaksanakan DAP, Perlu anda diperhatikan strategi pembelajaranyang merupakan prinsip-prinsip DAP adalah sebagai berikut :

1. Pengalaman Pembelajaran Aktif
DAP memberikan kesempatan pada anak untuk mengeksplorasi lingkungannya. Anak dapat memanipulasi benda-benda nyata dan mempelajarinya langsung melalui pengalaman nyata menggunakan tangannya. Dengan begitu anak secara bebas dapat menggali, berinteraksi, dan komunikasi dengan anak lain maupun orang dewasa. Belajar di sentra merupakan salah satu kegiatan yang memberikan kesempatan pada anak untuk langsung mengalami pembelajaran secara nyata. Selain itu, anak juga perlu diajak untuk melakukan kunjungan lapangan (field-trip), memasak bereksperimen, ataupun kegiatan lain yang mendukung pengalaman langsung.

2. Strategi Pembelajaran yang Beragam
DAP mendorong penggunaan berbagai strategi pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan anak. Pendekata-pendekatan tersebut bisa berupa kemampuan anak dalam proses menulis, membaca, belajar bersama, belajar mandiri, belajar dengan teman sebaya, instruksi guru, tematik proyek, sentra pembelajaran, pembelajaran berbasiskan masalah, dan instruksi berbasiskan literatur. Dengan memberikan bermacam-macam cara belajar, anak-anak dengan gaya belajar yang beragam mampu mengembangkan kemampuan mereka. Pembelajaran dengan cara seperti ini juga mendukung teori kecerdasan majemuk, dan memungkinkan anak memandang pembelajaran dengan cara-cara baru.

3. Keseimbangan antara Pengarahan Guru dan Kebebasan Anak
DAP mampu memberikan keseimbangan antara kegiatan-kegiatan yang perlu pengarahan guru dan juga atas inisiatif anak sendiri. Pengarahan guru memfungsikan guru sebagai fasilitator yang memberikan model pembelajaran dan panduan-panduan yang diperlukan anak. Sementara dari pihak anak, mereka dapat berkreasi sendiri dengan bertanggung jawab sehingga tujuan pembelajaran tetap tercapai.

4. Kurikulum Terintegrasi
Sebuah kurikulum yang terintegrasi akan menghubungkan area pembelajaran yang beragam dan menggabungkannya dalam konsep terpadu. Ini akakn menggabungkan banyak subjek ke dalam satu paduan unit pembelajaran yang bermakna bagi anak. Sebuah kurikulum terintegrasi akan menghubungkan pembelajaran dalam kehidupan nyata anak. Juga mengenalkan pentingnya keterampilan-ketermapilan dasar dan kecendrungan bagi anak untuk menggunakannya. Salah satu teknik kurikulum terintegrasi adalah pendekatan tematik yang mengajak anak untuk menyelediki sesuatu yang diminati dari berbagai sudut pandang. Tema umum menjadi acuan untuk mengembangkan konsep-konsep, menggeneralisasikan keterampilan-keterampilan, dan sikap-sikap. Namun demikian, tidak semua kurikulum terintegrasi berpusat pada tema.

5. Sentra Pembelajaran
Sentra pembelajaran merupakan area/sentra mandiri yang dibuka di dalam kelas sehingga anak dapat secara nyata melakukan suatu kegiatan. Anak dapat memilih dan memutuskan berapa lama akan beraktivitas dalam suatu kegiatan. Di sentra tersebut anak dapat dapat bekerja bersama teman secara kooperatif, membangun dengan teman, melakukan keterampilan-keterampilan dengan tangannya, memecahkan masalah, belajar secara mandiri, dan kegiatan-kegiatan terbuka lainnya yang bebas dipilih anak. Sentra pembelajaran harus mencerminkan tujuan pembelajaran yang aktif, tidak banyak lembar kerja yang harus diisi anak, namun memberikan kesempatan pada anak untuk bertanggung jawab terhadap pembelajaran sendiri. Tanggung jawab semacam ini merupakan pondasi pembelajaran seumur hidup.

Demikianlah bunda, ayah dan sahabat Paud-anak bermain belajar, tentang DAP dalam kegiatan dan program PAUD, semoga bermanfaat. Selamat mendidik anak-anak generasi penerus bangsa, semoga sukses. Terimakasih.

Sumber /referensi:
https://mediapendiikan.blogspot.com//search?q=20/strategi-pembelajaran-dap-developmentally-appropriate-practice/
http://12075itda.blogspot.co.id/2013/06/pendidikan-anak-prasekolah 

Friday, November 2, 2018

PERSIAPAN BERHITUNG PERMULAAN ANAK TK/PAUD

Sebenarnya kegiatan berhitung merupakan tahapan dasar anak mengenal angka, sehingga anak bisa menghitung. Harusnya, awal belajar Baca Tulis dan berhitung (calistung) ini, banyak disampaikan di sekolah dasar, namun yang terjadi di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Bimbingan Belajar (Bimbel), Taman Kanak-Kanak (TK) dan lainnya juga sudah mengajarkan hal tersebut.

Sebenarnya usia yang tepat untuk anak mulai belajar Baik Baca, Tulis dan Berhitung (calistung) ini ketika anak sudah berusia 5 tahun. Karena pada usia tersebut anak sudah mulai ada kesiapan daya pikir, kesiapan sikap dalam belajar dan kesiapan motorik halus, terutama pada tangan dan jari-jari untuk menulis.

Sedangkan untuk anak usia 3 tahun (batita) yang sebenarnya masih berada pada tahap perkembangan, kebutuhan utamanya adalah mengembangkan kemampuan fisik-motorik dan kemampuan berekspolasi terhadap lingkungannya serta mengembangkan kemampuan dalam bahasa dan komunukasi, terutama dalam berkomunikasi secara lisan dalam pergaulan sosialnya. Jadi masih belum dibutuhkan untuk diajarkan baca tulis dan berhitung ini. Kalaupun ingin di ajarkan sebaiknya hanya yang bersifat pengenalan dan persiapan dasar, baik membaca, menulis dan berhitungnya, ini pun dilakukan harus dengan cara bermain..bermain dan bermain ya bunda....!!.

Landasan Teori Permainan Berhitung 
 
1. Tingkat perkembangan mental anak
Jean Piaget : Anak usia TK berada pd tahapan pra-operasional konkrit yaitu tahap persiapan kearah pengorganisasian pekerjaan yg konkrit dan berpikir intuitif dimana anak mampu mempertimbangkan tentang besar, bentuk dan benda-benda didasarkan pd interpretasi dan pengalamannya ( persepsinya sendiri ).

2. Perkembangan dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar.
Apabila anak sudah menunjukan masa peka (kematangan) untuk berhitung maka ortu dan guru TK harus tanggap.

3. Perkembangan awal menentukan perkembangan selanjutnya.

Hurlock(1993) : Bahwa lima tahun pertama dlm kehidupan anak merupakan peletak dasar bagi perkembangan selanjutnya.Anak yg mengalami masa bahagia berarti terpenuhinya segala kebutuhan baik fisik mapun psikis di awal perkembangannya diramalkan akan dapat melaksanakan tugas perkembangan

Konsep bentuk warna, ukuran dan pola

Usia 4 – < 5tahun
  • Mengklasifikasikan berdasarkan bentuk atau warna atau ukuran
  • Mengklasifikasikan benda ke dalam kelompok yg sejenis atau kelompok yang berpasangan dengan 2 variasi
  • Mengenal pola AB-AB dan ABC-ABC
  • Mengurutkan benda berdasarkan variasi ukuran atau warna

Usia 5 – < 6 tahun
  • Mengenal perbedaan berdasarkan ukuran “ lebih dari “ “ kurang dari “ dan “ paling ter “
  • Mengklasifikasikan benda berdasarkan bentuk dan ukuran ( 3 variasi )
  • Mengklasivikasikan benda yang lebih banyak ke dalam kelompok yg sama atau kelompok yg sejenis atau kelompok berpasangan yg lebih dari 2 variasi
4. Mengenal pola ABCD – ABCD

5. Mengurutkan benda berdasarkan ukuran dari paling kecil ke paling besar atau sebaliknya

 
Tahapan penguasaan berhitung dijalur matematika yaitu :
1. Penguasaan konsep Pemahaman dan pengertian sesuatu dg menggunakan benda dan peristiwa konkrit, spt pengenalan warna, bentuk dan menghitung bilangan.

2. Masa Transisi
Proses berfikir yg merupakan masa peralihan dr pemahaman konkrit menuju pengenalan lambang yg abstrak, dimana benda konkrit itu masih ada dan mulai dikenalkan bentuk lambangnya. Dilakukan guru secara bertahap sesuai dg laju dan kecepatan kemampuan anak secara individual.

3. Lambang
Merupakan visualisasi dari berbagai konsep misalnya lambang 7 unt menggambarkan konsep bilangan tujuh, merah unt menggambarkan konsep warna, besar unt menggambarkan konsep ruang dan persegi empat unt menggambarkan konsep bentuk.

Konsep berhitung yg harus dikenalkan kepada anak :
1. Korespondensi Satu Satu
Pertama mulailah dg mencoba-coba membilang dr tingkatan yg sangat sederhana.contoh : satu buku, satu pensil,dst.

2. Pola
Pola merupakan kemampuan unt memunculkan pengaturan sehingga anak mampu memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat bentuk 2-3 pola yg berurutan.

3. Memilah/menyortir/klasifikasi
pengelompokan berdasarkan atribut, bentuk, ukuran, jenis warna,dll.

4. Membilang
Menghafal bilangan merupakan kemampuan mengulang angka yg akan membantu pemahaman anak akan arti sebuah angka.contoh : 1 2 3 4 5 6 7 8………dst.

5. Makna angka dan pengenalannya
Setiap angka memiliki makna dr benda-benda/simbol-simbol= 3 bintang
Dikenalkan pd bentuk-bentuk yg sama/tdk sama, besar kecil dsb.

6. Ukuran
Anak perlu mengalaman akan mengukur berat, isi, panjang dg cara mengukur langsung sehingga prosesmenemukan angka dr sebuah objek.

7. Dua hal ini merupakan bagian dr proses kehidupan sehari-hari.
Contoh :
Waktu : 1 hari Ruang : Sempit
2 hari Luas

8. Penambahan dan pengurangan
2 hal dapat dikenalkan pada anak pra sekolah dengan memanipulasi benda.
contoh : Penambahan
4+ 2 =6
contoh : Pengurangan
5- 2= 3
Konsep klasifikasi/pengelompokan
Kegiatan meletakkan benda- benda ke dalam sebuah kelompok dengan cara memilah benda- benda yang memiliki satu atau lebih ciri sama (menyerupai)dan merupakan keterampilan dasar dalam membentuk pola grafik, bangun, ruang dan pengukuran
Jalur Matematika Di TK.

1. Bermain pola
Anak diharapkan dpt mengenal dan menyusun pola-pola yg terdapat disekitarnya.Anak mampu membuat urutan pola sendiri sesuai dg kreativitasnya.

2. Bermain Klasifikasi
Anak diharapkan dpt mengelompokkan atau memilih benda berdasarkan jenis, fungsi, warna, bentuk pasangannya sesuai dg yg dicontohkan dan tugas yg diberikan oleh guru.

3. Bermain Bilangan
Anak diharapkan mampu mengenal dan memahami konsep bilangan, transisi dan lambang sesuai dg jumlah benda-benda pengenalan bentuk lambang dan dpt mencocokan sesuai dg lambang bilangan.

4. Bermain Ukuran
Anak diharapkan dpt mengenal konsep ukuran standard yg bersifat informal atau alamiah, seperti panjang, tinggi, dan isi melalui alat ukur alamiah, antara lain jengkal, jari, langkah, tali, tongkat.

5. Bermain Geometri
Anak diharapkan dapat mengenal dan menyebutkan berbagai macam benda berdasarkan bentuk geometri dg cara mengamati benda benda yg ada disekitar anak mis lingkaran,segitiga,bujur sangkar, segi empat, segi lima,segi enam,setengah lingkaran,bulat telur (oval).

6. Bermain estimasi (memperkirakan)
Anak diharapkan dapat mengenal kemampuan memperkirakan (estimasi) sesuatu misalnya perkiraan terhadap waktu, luas jumlah ataupun ruang. 
Anak terlatih untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan yg akan dihadapi
Perkiraan waktu misalnya:
  • Berapa hari biji tumbuh
  • Berapa lama kita makan
  • Berapa lama anak dapat memantulkan bola
  • Berapa ketukan gambarnya selesai
  • Perkiraan jumlah. Misalnya berapa jumlah ikan yg ada dalam aquarium.
  • Perkiraan ruang misalnya : Berapa anak bergandengan untuk dapat mengelilingi kelas ini.
7. Bermain Statistika.
Anak diharapkan dapat memiliki kemampuan untuk memahami perbedaan dalam jumlahdan perbandingan dan hasil pengamatan terhadap suatu obyek (dalam bentuk visual).

Prinsip-Pinsip Permainan Berhitung permulaan

1. Permainan berhitung diberikan secara bertahap.
2. Pengetahuan dan keterampilan pada permainan berhitung diberikan secara bertahap.
3. Permainan berhitung akan berhasil jika anak diberi kesempatan berprtsp
4. Permainan berhitung membutuhkan suasana menyenangkan dan rasa aman.
5. Bahasa yg digunakan seyogyanya yang sederhana.
6. Anak dikelompokkan sesuai dengan tahap penguasaanya.
7. Dalam mengevaluasi hasil perkembangan harus dimulai dari awal sampai akhir.

Demikian Tentang persiapan Bermain Berhitung Permulaan untuk anak TK/PAUD, Semoga bermanfaat. Terimakasih. Wassalam.....

Wednesday, October 31, 2018

MENGENAL PENGERTIAN DAN MANFAAT BERMAIN SIMBOLIK PADA ANAK USIA DINI (PAUD)

PAUD-Anakbermainbelajar----pada kegiatan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) khususnya dalam konsep pembelajaran berbasis sentra dan BCCT kita mengenal kegiatan bermain simbolik pada anak. Kegiatan sering terlihat dalam berbagai kesempatan di keseharian PAUD, anak tidak hanya bermain sendiri, tetapi juga bermain simbolik bersama-sama dengan teman-temannya. Apa sich bermain simbolik itu ? dan bagaimana manfaatnya untuk anak ?, nah dalam kesempatan ini kami penulis blog PAUD-Anakbermainbelajar, akan menguraikan sedikit tentang bermain simbolik pada anak usia dini tersebut, sebagai berikut;
pada kegiatan Pendidikan Anak Usia Dini  MENGENAL PENGERTIAN DAN MANFAAT BERMAIN SIMBOLIK PADA ANAK USIA DINI (PAUD)
 
Secara pengertian bermain simbolik sendiri mempunyai banyak istilah, seperti kita sering mendengar bermain pura-puraan, pura-pura, engga beneran, bermain hayal atau bermain peran. Bermain simbolik adalah kegiatan bermain yang ditandai oleh kemampuan anak untuk merepresentasikan pengalaman aktual atau khayalannya melalui penggunaan penggunaan beberapa objek, gerakan, dan bahasa (Yawkey & Pellegrini, 1997). Menurut Papalia, di dalam kegiatan bermain simbolik, anak-anak memakai objek untuk mewakili atau menjadi simbol dari sesuatu yang lain, misalnya boneka dianggap sebagai bayi. lebih jauh Papalia mengungkapkan bahwa jika ditinjau dari kompleksitasnya, kegiatan ini merupakan jenis bermain yang lebih kompleks dari kegiatan bermain fungsional maupun konstruktif. Kegiatan bermain simbolik muncul di akhir tahap sensorimotor. 

Banyak psikolog dan ahli pendidikan beranggapan bahwa banyaknya waktu yang digunakan oleh anak untuk bermain simbolik sejak usia di bawah tiga tahun sampai permulaan sekolah dasar mempunyai peranan penting dalam kehidupan anak. Piaget dan Iheldel (1969) mengungkapkan bahwa bermain simbolik merupakan "puncak" (the apoggee) kegiatan bermain pada anak karena mempunyai beberapa manfaat berkaitan dengan perkembangan emosi, sosial, dan kognitif (bahasa).

Dari segi emosi anak mempunyai kesempatan untuk melakukan asimilasi sesuai dengan kebutuhannya, yaitu melalui transformasi dari keadaan sesungguhnya menjadi sesuatu yang diinginkan. Timbul perasaan puas dan lega karena anak berhasil melampiaskan segala keinginannya, tanpa merasa takut akan sanksi yang akan diterimanya dari orang dewasa. Selain itu, anak juga belajar untuk menjalankan berbagai peran dan menyesuaikan diri dengan emosi yang tidak menyenangkan, memperoleh kebahagiaan karena dapat melampiaskan kreativitasnya, memperoleh pemahaman terhadap sudut pandang orang lain. Dalam aspek sosial, anak belajar mengembangkan keterampilan untuk memecahkan berbagai masalah. 
 
pada kegiatan Pendidikan Anak Usia Dini  MENGENAL PENGERTIAN DAN MANFAAT BERMAIN SIMBOLIK PADA ANAK USIA DINI (PAUD)

Dari segi aspek kognitif, bermain simbolik memberikan sumbangan pada perkembangan intelektual anak sebab secara bergantian terjadi asimilasi dan akomodasi, Piaget dan Inhelder (1969). Singer mengatakan bahwa bermain simbolik akan mengembangkan kemampuan anak untuk berpikir abstrak dan kemungkinan untuk berpura-pura, serta mempelajari kata-kata maupun ungkapan baru yang bersumber dari peran yang dimainkan anak dalam situasi yang serba baru.
 
Seorang Ahli bernama Smilansky, pernah melakukan penelitian dan mengamati tentang anak-anak yang berasal dari keluarga kelas sosial ekonomi rendah kurang terlibat di dalam kegiatan bermain sosiodrama (simbolik), hal ini ternyata membuat anak-anak tersebut banyak mengalami kesulitan akademis di sekolanya. Smilansky memberikan dugaan sementara bahwa kesulitan yang dialami anak-anak ini di sekolah disebabkan karena mereka tidak mampu bermain peran. Bermain sosiodrama meningkatkan keterampilan sosial, merangsang perkembangan bahasa, dan memberi peluang bagi anak untuk menggunakan serta menginterpretasikan simbol-simbol. Oleh karena itu, anak-anak yang tidak mampu bermain simbolik lebih sulit untuk menyesuaikan diri dengan tugas-tugas sekolah bila dibandingkan dengan anak-anak yang terbiasa bermain sosiodrama.

Demikianlah bunda sekilas tentang pengertian dan manfaat bermain simbolik pada anak usia dini khususnya dalam kegiatan bermain di PAUD, semoga dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan kita tentang konsep bermain pada anak. Terimakasih sudah berkunjung kembali ke weblog ini. Wassalam.

Tuesday, November 27, 2018

ARTI DAN PENGERTIAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PAUD-NI

Kemaren dalam diskusi di pertemuan Gugus PAUD ada pertanyaan dari salah satu peserta Perte ARTI DAN PENGERTIAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PAUD-NI
Kemaren dalam diskusi di pertemuan Gugus PAUD ada pertanyaan dari salah satu peserta Pertemuan (Pendidik PAUD). Bunda ini selain sebagai pendidik PAUD, dia juga mengajar sebagai tutor di sebuah PKBM sebagai tutor Kejar Paket B Setara SMP. Bunda bertanya tentang apa yang dimaksud dengan Pendidik dan Tenaga Kependidikan dalam PAUDNI atau disebut juga PTK-PAUD-NI, PTK-PAUDPNFI itu?, dalam pertemuan yang rasanya terlalu singkat tersebut, belum sempat kita uraikan mengenai PTK_PAUDPNFI-NI tersebut, untuk lebih jelasnya, jadi bunda dapat menyimak saja artikelnya seperti berikut ini :

Filosofi

Belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan prinsip dasar penyelenggaraan pendidikan anak usia dini, pendidikan nonformal dan informal. Belajar sepanjang hayat berasumsi bahwa proses belajar terjadi seumur hidup walaupun dengan cara yang berbeda dan proses yang berbeda. Khususnya pada anak usia dini lingkungan selalu berpengaruh terhadap perkembangan anak, khususnya pada anak kecil.

Kondisi lingkungan dapat terjadi anak mengalami hambatan dalam perkembangannya atau bahkan mengalami penyimpangan perkembangan, baik dalam aspek kognitif, emosi, sosial, spiritual maupun fisik. Karenanya pendidik/guru dan orangtua dituntut untuk dapat memahami kondisi anak serta memberikan perlakuan khusus pada anak supaya tidak timbul trauma yang berkepanjangan.

Dalam kondisi seperti ini stimulasi yang diberikan pada anak harus sangat hati-hati. Artinya program harus memperhatikan kondisi psikologis anak baik untuk tujuan stimulasi, waktu stimulasi, aspek yang distimulasi maupun media yang akan digunakan untuk menstimulasi. Uraian di atas menguatkan pendapat bahwa pendidikan dan stimulasi anak seharusnya dilakukan secara utuh dan holistik.

Konsep ini didasarkan pada pandangan bahwa setiap pendidik anak harus memperhatikan tumbuh kembang dan kebutuhan anak, situasi serta latar belakang anak dan ada kerja sama yang kondusif antar berbagai instansi terkait.

Pengertian Holistik mengandung arti seluruh sistem yang melengkapi proses tumbuh kembang anak, berpusat dan terintegrasi pada PAUD yang berorientasi untuk kepentingan terbaik bagi anak. Anak tumbuh dan berkembang dalam suatu proses yang komplek, dinamis, dalam lingkungan dimana anak secara aktif berinteraksi dengan lingkungan yang terjadi secara sistematik konstektual.

Pendidikan anak usia dini sebagai awal dari perkembangan seorang manusia menempati fase utama. Pada masa ini disebut sebagai golden age dan penanganannya memerlukan strategi, metode, serta program yang sistematis dan kontinyu.

Pendidikan ini akan memberi landasaan awal anak untuk mengoptimalkan aspek-aspek perkembangan di masa golden age serta menginternalisasikan dan membiasakan karakter bangsa yang akan digunakan sebagai kemampuan dan perilaku yang berkarakter untuk memasuki tingkat pendidikan selanjutnya.

Pengembangan (pemberdayaan dan tumbuh–kembangkan) pribadi bukannya pembentukan pribadi, jadi tidak membentuk kepribadian baru dan mengubah bakat dasar anak ( Prof.Dr. Retno S. Sudibyo, M.Sc. Apt, )

Layanan pendidikan nonformal dan informal bertujuan untuk mendapatkan layanan pendidikan yang tidak diperoleh dari pendidikan formal, mengatasi dari kemunduran pendidikan sebelumnya, untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru, meningkatkan keahlian, mengembangkan kepribadian atau untuk beberapa tujuan lainnya (Cropley, 1972).

Dengan pemaknaan seperti itu maka keberadaan pendidikan nonformal dan informal dapat memainkan peran sebagai pengganti (substitute), pelengkap (complement), dan/atau penambah (suplement), dan yang diselenggarakan pendidikan formal. Pendidikan informal merupakan pendidikan dikeluarga dan di lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.

Filosofi tersebut di atas, telah menempatkan PAUDNI pada posisi strategis dalam keseluruhan sistem pendidikan nasional. Filosofi tersebut menjadikan PAUD memiliki karakteristik tersendiri yang unik dan spesifik sehingga sangat berbeda dengan karakteristik pendidikan formal.

Keunikan PAUDNI tersebut dapat disimak dari penjelasan Sudjana (2000) yang mengidentifikasi karakteristik pendidikan nonformal dari lima 5 perspektif yakni: pertama, ditinjau dari tujuannya, pendidikan nonformal bersifat jangka pendek dan khusus, serta kurang menekankan pada ijazah. Kedua, ditinjau dari waktunya, relatif singkat, lebih menekankan pada masa sekarang dan menggunakan waktu tidak terus menerus. Ketiga, ditinjau dari isi programnya, kurikulum berpusat pada kepentingan warga belajar, mengutamakan penerapan. Keempat, ditinjau dari proses pembelajarannya, pendidikan nonformal dipusatkan di lingkungan masyarakat, berkaitan dengan kehidupan warga belajar dan masyarakat, dan kelima, ditinjau dari aspek pengendaliannya, dikendalikan secara bersama-sama oleh pelaksana program dan warga belajar, serta mengutamakan pendekatan demokratis.
 
Jenis dan Kondisi Sasaran PTK PAUDNI
Ruang lingkup yang menjadi sasaran program pembinaan dalam rangka peningkatan mutu PTK PAUDNI meliputi:


a. Pendidik PAUDNI

Pendidik PAUDNI adalah anggota masyarakat yang memiliki tugas dan kewenangan dalam merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan.

Pendidik pada PAUDNI ini meliputi:

Pamong Belajar, yaitu Pegawai Negeri Sipil yang berstatus sebagai tenaga fungsional dan diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar, pengembangan model pembelajaran serta penilaian hasil pembelajaran pendidikan nonformal dan informal.

Kemaren dalam diskusi di pertemuan Gugus PAUD ada pertanyaan dari salah satu peserta Perte ARTI DAN PENGERTIAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PAUD-NI
Pamong Belajar SKB

Pendidik PAUD yaitu pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada satuan pendidikan anak usia dini.
 
Kemaren dalam diskusi di pertemuan Gugus PAUD ada pertanyaan dari salah satu peserta Perte ARTI DAN PENGERTIAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PAUD-NI
Pendidik PAUD

Tutor Pendidikan Keaksaraan yaitu pendidik yang berasal dari masyarakat yang bertugas dalam merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi proses pembelajaran pada pendidikan keaksaraan.
Kemaren dalam diskusi di pertemuan Gugus PAUD ada pertanyaan dari salah satu peserta Perte ARTI DAN PENGERTIAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PAUD-NI
Tutor Pendidikan Keaksaraan
Fasilitator Desa Intensif (FDI), yaitu tenaga kontrak berpendidikan sarjana yang bertugas memberikan layanan PAUDNI yang merata dan berkualitas, terutama bagi masyarakat yang bermukim di desa-desa dengan kategori terpencil dan tertinggal.
 
FDI - TLD PAUDNI
 
Instruktur kursus dan pelatihan yaitu pendidik yang direkrut oleh lembaga kursus berdasarkan keahlian dan kompetensinya.

Kemaren dalam diskusi di pertemuan Gugus PAUD ada pertanyaan dari salah satu peserta Perte ARTI DAN PENGERTIAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PAUD-NI
Instruktur Kursus dan Pelatihan
 
Pembina Pramuka, yaitu pendidik profesional dengan tugas utama merencanakan dan melaksanaan pembinaan pramuka pada satuan PAUDNI.

b. Tenaga Kependidikan PAUDNI

Tenaga kependidikan PAUDNI adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan program PAUDNI yang bertugas melaksanakan administrasi pengelolaan, pengembangan, pengawasan dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan PAUDNI.

Tenaga Kependidikan PAUDNI meliputi:

Penilik, yaitu Pegawai Negeri Sipil yang berstatus sebagai tenaga fungsional yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengendalian mutu dan evaluasi dampak program PAUDNI.

Tenaga Lapangan Dikmas (TLD), yaitu tenaga yang berstatus sebagai tenaga kontrak dengan latar pendidikan sarjana, yang bertugas mendukung penyelenggaraan program PAUDNI di kabupaten/kota.
Pengelola/Penyelenggara Satuan PAUDNI, yaitu tenaga yang melakukan pengorganisasian kegiatan pada suatu kelompok tertentu guna menyelenggarakan satu atau beberapa program PAUDNI.

Tenaga Administrasi, yaitu tenaga yang diberi tugas dan kewenangan menyelenggarakan tertib administratif pada satuan PAUDNI.

Tenaga Perpustakaan/Pustakawan, yaitu tenaga yang diberi tugas dan kewenangan menyelenggarakan/mengelola serta memberikan pelayanan pada lembaga/unit perpustakaan/taman bacaan masyarakat.

Nara Sumber Teknis, yaitu tenaga yang memiliki kompetensi dan sertifikasi pada bidang keterampilan tertentu, serta dilibatkan dalam upaya peningkatan kemampuan sasaran program PAUDNI pada satuan pendidikan.

Laboran yaitu tenaga yang diberi tugas dan kewenangan untuk mengelola laboratorium praktik pada satuan PAUDNI.

Source: http://paudni.kemdikbud.go.id/

Thursday, November 1, 2018

DEVELOPMENTALLY APPROPRIATI PRACTISE

PAUD-Anakbermainbelajar---Di dalam mengembangkan aspek fisik, sosial, emosional dan kognitif dari seorang anak selain diperlukan lingkungan yang aman dan memberikan pengasuhan yang baik maka hal lain yang perlu dipahami oleh orang tua dan para guru-pendidik PAUD adalah prinsip perkembang yang mengacu pada Developmentally appropriate practice (latihan yang sesuai dengan perkembangan).

Pengertian DAP (Developmentally Appropriate Practice) DAP atau dalam terjemahan bebas Bahasa Indonesia adalah pendidikan yang patut dan menyenangkan sesuai dengan tahapan perkembangan anak, mencerminkan proses pembelajaran yang bersifat interaktif. Konsep DAP yang dikembangkan melalui baragam kegiatan yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak menyebabkan anak memiliki pengalaman yang kongkrit serta menyenangkan saat terjadinya proses belajar, sehingga dapat menumbuhkan kesadaran (awareness) pada anak.

Terjemahan bebas dari Developmentally Appropriate Practice (DAP) dalam bahasa Indonesia adalah “ Pendidikan yang patut dan mneyenangkan”. Tiga dimiensi dalam konsep DAP adalah (1) Patut menurut umur, maksudnya sesuai dengan tahap- tahap perkembangan anak, (2) Patut menurut lingkungan sosial dan budaya, yaitu sesuai dengan pengalaman belajar yang bermakna, relevan dan sesuai dengan kondisi social budaya, dan (3) Patut secara individual, yaitu sesuai dengan pertumbuhan dan karakteristik anak, kelebihannya, ketertarikannya dan pengalaman- pengalamannya. (Baca juga pengertian Developmentally appropriate practise dalam PAUD di sini !!

Pengalaman anak-anak adalah membedah perasaan, dan tidak hanya perilaku terbuka dengan meberikan anak-anak suatu lingkungan dan emosi-emosi yang dikehendaki akan lazim dan emosi-emosi yang tidak dikehendaki menjadi jarang.

 emosional dan kognitif dari seorang anak selain diperlukan lingkungan yang aman dan membe DEVELOPMENTALLY APPROPRIATI PRACTISE

Konsep Developmentally appropriate practise  (latihan yang sesuai dengan perkembangan), meliputi tida aspek yaitu :
  1. Kesesuaian Usia, dimana pertumbuhan dan perubahan yang terjadi pada anak di 9 tahun pertama kehidupan bersifat universal dan ada pada urutan yang dapat diprediksi. Adapun perubahan yang terjadi secara terprediksi meliputi perubahan fisik, emosional, sosial dan kognitif. Sehingga orangtua maupun guru dapat menyiapkan lingkungan pembelajaran dan pengalaman yang sesuai secara terencana.
  2. Kesesuaian secara individual. Setiap anak merupakan makhluk yang unik ia memiliki pola dan waktu untuk berkembang yang berbeda satu sama lain, sama seperti kepribadian, gaya belajar yang sangat individual. Dalam menyiapkan proses pembelajaran harus dapat mengakomodasikan keunikan dari masing-masing anak.
  3. Kesesuaian secara sosial dan budaya. Latar belakang sosial dan budaya anak yang berbeda harus dipahami oleh tenaga pendidik, dan keadaan ini dapat dijadikan bahan acuan dalam mempersiapkan materi yang sesuai dan berarti bagi kehidupan anak. Misalnya anak anak yang hidup di daerah pantai akan lebih mudah memahami setiap informasi baru jika berkaitan dengan laut, pantai, ikan, pohon kelapa dan lain-lain.

Ketika menerapkan Develompentally appropriate practice (latihan yang sesuai dengan perkembangan). maka ada 5 dimensi yang saling berkaitan yang harus menjadi perhatian yaitu :
  1. Menciptakan komunitas belajar yang kodusif; dimana dapat terjadi hubungan baik antara anak dan orang dewasa, anak dengan anak, diantara guru-guru sendiri dan antara guru dan keluarga. Komunitas tersebut mewujudkan situasi pengasuhan yang kondusif yang dapat menunjang anak berkembang dan belajar.
  2. Menciptakan cara pengajara yang dapat meningkatkan dan memperbaiki perkembangan dan proses belajar; pendidik anak usia dini berusaha untuk mencapai keseimbangan antara membimbing anak untuk belajar dan juga mengikuti arahan mereka.
  3. Membangun kurikulum yang sesuai; isi dari menu pembelajaran anak usia dini mencakup subyek yang dipelajari, nilai-nilai sosial dan budaya, masukan dari orang tua, usia dan pengalaman dari anak-anak sendiri. 
  4. Memberikan penilaian terhadap perkembangan dan proses belajar anak; penilaian terhadap perkembangan dan proses belajar masing-masing individu penting untuk membuat perencanaan dan implementasi menu pembelajaran yang sesuai.
  5. Membangun hubungan yang saling menguntungkan dengan keluarga; Develompentally appropriate practice sangat memerlukan pengetahuan yang mendalam mengenai kondisi individual anak dan konteks lingkungan dimana anak berkembang dan belajar. Dengan demikian menjalin hubungan yang erat dengan keluarga akan sangat menunjang.
 emosional dan kognitif dari seorang anak selain diperlukan lingkungan yang aman dan membe DEVELOPMENTALLY APPROPRIATI PRACTISE


DAP mencerminkan suatu pembelajaran yang interaktif dan berpandangan konstruktivisme. Kunci dari pendekatan ini adalah prinsip bahwa anak pada dasarnya membangun atau mengkonstruk sendiri pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungan sosial dan fisik mereka. Dalam pendekatan ini diupayakan agar anak dapat memotivasi dan mengarahkan diri secara intrinsik, pembelajaran yang efektif yang mampu membangkitkan keingintahuan mereka melalui kegiatan eksplorasi, eksperimen dan dalam pengalaman nyata.

Adapun Vogotsky berpendapat bahwa bermain dan aktifitas yang bersifat konkrit dapat memberikan momentum alami bagi anak untuk belajar sesuatu yang sesuai dengan tahap perkembangan umurnya (age appropriate), dan kebutuhan spesifik anak (individual needs). Bermain adalah cara yang paling efektif untuk mematangkan perkembangan anak pada usia pra-sekolah (Pre-operatioanal thinking), dan pada masa sekolah dasar (Concrete operatioanal thinking).

Demikian tentang Developmentally appropriate practise  (latihan yang sesuai dengan perkembangan),  Semoga bermanfaat. Terimakasih.


Baca juga pengertian DAP selengkapnya klik di sini !!

PENGERTIAN KECERDASAN MAJEMUK DAN IMPLIKASINYA UNTUK PENDIDIKAN ANAK

PAUD-Anakbermainbelajar---Bunda..sebelum kita membahas lebih jauh tentang kecerdasan majemuk (multiple intelligences)  dan implikasinya untuk pendidikan anak, terlebih dahulu kita ulang kembali tentang pengertian kecerdasan majemuk tersebut yaitu: Pengertian kecerdasan majemuk adalah pendekatan perkembangan dalam belajar yang ditandai anak tumbuh dan berkembang sebagai suatu keseluruhan, tidak hanya satu dimensi saja yang berkembang dalam suatu waktu tertentu atau sebaliknya tidak semua dimensi memiliki kecepatan perkembangan yang sama.

Seorang ahli pendidikan yang terkenal ahli dalam pengkajian dan penelitian kecerdasan yaitu Howard Garner dari Harvard University, berpendapat bahwa tidak ada manusia yang tidak cerdas. Paradigma ini menentang teori dikotomi cerdas-tidak cerdas. Garner juga menentang anggapan "cerdas" dari sisi IQ (intelectual quotien), yang menurutnya hanya mengacu pada tiga jenis kecerdasan, yakni logiko-matematik, linguistik, dan spasial.

Untuk selanjutnya, Howard Gardner, kemudian mengemukakan istilah multiple intelligences. Istilah ini kemudian dikembangkan menjadi teori melalui penelitian yang rumit, melibatkan antropologi, psikologi kognitif, psikologi perkembangan, psikometri, studi biografi, fisiologi hewan, dan neuroanatomi (Amstrong,1993; Larson,2001).

Berikut ini adalah aspek-aspek kecerdasan majemuk menurut Howard Garner ada 8, yaitu sebagai berikut :
1. Kecerdasan verbal linguistic (verbal linguistic intelligent)
Anak –anak yang memiliki kemampuan menggunakan kata-kata dan bahasa dalam berbagai bentuk.

2. Kecerdasan logika matematika (logical mathematical intelligent)
Anak yang memiliki kemampuan dalam ketajaman melihat pola dan melakukan pendekatan terhadap situasi secara logis

3. Kecerdasan visual spasial (visual special intelligent)
Anak yang memiliki kemampuan memvisualisasikan berbagai hal dan memiliki kelebihan dalam hal berfikir melalui gambar.

4. Kecerdasan Gerak Tubuh (bodily kinesthetic intelligent)
Anak yang memiliki kemampuan koordinasi  yang tinggi dalam gerak tubuh dan senang menyentuh segala sesuatu.

5. Kecerdasan musical berirama (musical rithmic intelligent)
Anak yang peka terhadap bunyi-bunyi non verbal dalam lingkungan seperti: irama tinggi rendah suara, dan pola nada.

6. Kecerdasan antar diri-intrapersonal (interpersonal intelligent)
Memiliki kepekaan dan mengerti akan oranglain.

7. Kecerdasan dalam diri interpersonal (intrapersonal intelligent)
Memiliki kepekaan akan memiliki perasaan yang paling mendalam dalam diri sendiri, memiliki kelebihan dan kekurangan di sendiri.

8. Kecerdasan alam natural (naturalistic intelligent)
Anak akan menjadi seorang pengamatlingkungan yang baik, menyadari yang terjadi akan perubahan dalam lingkungan, senang melakukan percobaan, mengelompokkan benda dan menyayangi binatang.

Bagi para pendidik dan implikasinya bagi pendidikan, teori multiple intelligences melihat anak sebagai individu yang unik. Pendidik akan melihat ada berbagai variasi dalam belajar, di mana setiap variasi menimbulkan konsekuensi dalam cara pandang dan evaluasinya.

Kecerdasan, menurut paradigma multiple intelligences (Gardner, 1993). dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang mempunyai tiga komponen utama, yakni:
  1. Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan nyata sehari-hari
  2. Kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru yang dihadapi untuk diselesaikan
  3. Kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan jasa yang akan menimbulkan penghargaan dalam budaya seseorang.
Semua kemampuan tersebut dimiliki oleh semua manusia, meskipun manusia memiliki cara yang berbeda untuk menunjukkannya.

Kecerdasan anak juga didasarkan pada pandangan pokok teori multiple intelligences (Amstrongs, 1993) sebagai berikut;
  1. Setiap anak memiliki kapasitas untuk memiliki sembilan kecerdasan. Kecerdasan-kecerdasan tersebut ada yang dapat sangat berkembang, cukup berkembang, dan kurang berkembang.
  2. Semua anak, pada umumnya, dapat mengembangkan setiap kecerdasan hingga tingkat penguasaan yang memadai apabila ia memperoleh cukup dukungan, pengayaan, dan pengejaran
  3. Kecerdasan bekerja bersamaan dalam kegiatan sehari-hari. Anak yang menyanyi membutuhkan kecerdasan musikal dan kinestetik
  4. Anak memiliki berbagai cara untuk menunjukan kecerdasannya dalam setiap kategori. Anak mungkin tidak begitu pandai meloncat tetapi mampu meronce dengan baik (kecerdasan kinestetik), atau tidak suka bercerita, tetapi cepat memahami apabila diajak berbicara (kecerdasan linguistik).
Dikotomi anak cerdas dan tidak cerdas, serta pemberian label hiperaktif, gangguan belajar, dan prestiasi bawah kemampuan, mendorong para pendidik untuk mempelajari teori Multiple Intellegences. Setelah menemukan delapan bukti dari teorinya, Gardner meneguhkan kriteria temuannya tentang kesembilan kecerdasan dalam multiple intelligences.

Howard Gardner (1993; Armstrong, 1993) menyadari bahwa banyak orang bertanya-tanya tentang konsep multiple intelligences. Benarkah musikal, visual-spasial, intrapersonal, dan kinestetik dapat dikategorikan sebagai kecerdasan, dan bukan bakat? untuk menguatakan temuan dan keyakinannya, Garner menyusun kriteria tertentu yang harus dipenuhi oleh setiap kategori kecerdasan. Kriteria tersebut didasarkan pada bukti-bukti berikut:
  1. Ditemukan potensi yang terisolasi akibat kerusakan otak. Ini berarti setiap kecerdasan memiliki sistem otak yang relatif otonom. Terdapat struktur otak dalam setiap kecerdasan.
  2. Ditemukan orang-orang genius dan idiot savant. Ini berarti, ada kecerdasan yang sangat tinggi sementara kecerdasan lain hanya berfungsi pada tingkat rendah.
  3. Ditemukannya riwayat perkembangan khusus dan kinerja kondisi puncak bertara ahli yang khas. Hal ini berarti, kecerdasan terbentuk melalui keterlibatan anak dalam kegiatan  dan setiap kecerdasan memiliki waktu kemunculan tertentu. Musik dan bahasa, misalnya muncul sejak awal dan bertahan hingga usia tua sementara logiko-matematis mencapai kinerja puncak pada usia belasan tahun.
  4. Ditemukannya bukti-bukti sejarah dan kenyataan logis evolusioner. Hal ini berarti, kecerdasan ada pada setiap kurun waktu, meskipun peran dari setiap kecerdasan tidak sama. Bukti kecerdasan musik ditemukan pada bukti arkeologis instrumen musik purba.
  5. Ditemukannya dukungan dari temuan psikometri atau tes pengujian, seperti tes verbal IQ dan TPA (verbal-linguistik), penalaran IQ dan TPA (logiko-matematik), tes bakat seni dan tes memori visual (visual-spasial), tes kebugaran fisik (kinestetik), sosiogram (interpersonal), tens proyeksi (interapersonal) untuk menggali kecerdasan anak. Saat ini, telah dibuat tes psikometri untuk kecerdasan majemuk.
  6. Ditemukannya dukungan riset psikologi eksperimental, seperti studi kemampuan mengingat, persepsi, dan atensi. Hal ini menunjukan bahwa setiap manusia memiliki kemampuan yang terkotak-kotak, dan bahwa setiap kemampuan kognitif berlaku khusus untuk satu kecerdasan.
  7. Ditemukannya cara kerja dasar yang terindentifikasi. Setiap kecerdasan memerlukan cara kerja yang berperan menggerakan kegiatan yang spesifik pada setiap kecerdasan.  Cara kerja dasar kinestetik, misalnya adalah kemampuan meniru dan menguasai gerak.
  8. Ditemukannya penyandian kecerdasan dalam sistem simbol. Semua kecerdasan memiliki sistem simbol khas, seperti bunyi bahasa (verbal linguistik), Simbol matematika (logika-matematik), kanji (visual spasial), braille (kinestetik), notasi (musikal), mimik wajah (interpersonal), dan simbol diri terhadap karya seni (intrapersonal), klasifikasi spesies (naturalis), dan simbol nurani (eksitensial).
Menurut Howard Gardner, multiple intelligences memiliki karakteristik konsep yang berbeda dengan karakteristik konsep kecerdasan terdahulu. Karakteristik yang dimaksud adalah sebagai berikut.
  1. Semua intelegensi itu berbeda-beda, tetapi semuanya sederajat. Dalam pengertian ini, tidak ada intelegensi yang lebih baik atau lebih penting dari inteligensi yang lain (Gardner, 1993; Hine; 2003; Armstrong, 1993; 1996).
  2. Semua kecerdasan dimiliki manusia dalam kadar yang tidak persis sama. semua kecerdasan dapat dieksploitasi, ditumbuhkan, dan dikembangkan secara optimal.
  3. Terdapat banyak indikator kecerdasan dalam tiap-tiap kecerdasan. Dengan latihan, seseorang dapat membangun kekuatan kecerdasan yang dimiliki dan menipiskan kelemahan-kelemahan
  4. semua kecerdasan yang berbeda-beda tersebut akan saling bekerja sama untuk mewujudkan aktivitas yang diperbuat manusia. Satu kegiatan mungkin memerlukan lebih dari satu kecerdasan, dan satu kecerdasan dapat digunakan dalam berbagai bidang (Gardner, 1993:37-38).
  5. Semua jenis kecerdasan tersebut ditemukan di seluruh atau semua lintas kebudayaan di seluruh dunia dan kelompok usia (Garner, 1993: Armstrong, 2004:10-13).
  6. Tahap-tahap alami dari setiap kecerdasan dimulai dengan kemampuan membuat pola dasar. Kecerdasan musikal, misalnya ditandai dengan kemampuan membedakan tinggi rendah nada. Sementara kecerdasan spasial dimulai dengan kemampuan pengaturan tiga dimensi.
  7. Saat seseorang dewasa, kecerdasan diekspresikan melalui rentang pengejaran profesi dan hobi. Kecerdasan logika-matematika yang dimulai sebagai kemampuan membuat pola dasar pada masa balita, berkembang menjadi penguasaan simbolik pada masa anak-anak, dan akhirnya mencapai kematangan ekspresi dalam wujud profesi sebagai ahli matematika, akuntan, atau ilmuwan. 
  8. Ada kemungkinan seorang anak berada pada kondisi "berisiko" sehingga apabila mereka tidak memproleh bantuan khusus, mereka akan mengalami kegagalan dalam tuga-tugas tertentu yang melibatkan kecerdasan tersebtu (Gardner, 1993: 27-29). 

Demikian Artikel singkat tentang pengertian kecerdasan majemuk (multiple intelligences)  dan implikasinya untuk pendidikan anak. Semoga bermanfaat. terimakasih.

Referensi: Artikel sejenis ini ditulis juga di :
https://id.wikipedia.org/wiki/Howard_Gardner
https://mediapendiikan.blogspot.com//search?q=macam-macam-kecerdasan-majemuk-multiple_27
https://nuritaputranti.wordpress.com/.../kecerdasan-majemuk-multiple-intelligences/
https://mediapendiikan.blogspot.com//search?q=macam-macam-kecerdasan-majemuk-multiple_27
http://www.ayahbunda.co.id/.../kecerdasan-majemuk-28multiple-intelligences29-dan-howar.

Friday, November 2, 2018

PERMAINAN BERHITUNG PERMULAAN DI TK PAUD

PENGERTIAN DAN TEORI PERMAINAN BERHITUNG DI TK PAUD

Berhitung adalah usaha melakukan, mengerjakan hitungan seperti menjumlah, mengurangi serta memanipulasi bilangan-bilangan dan lambang-lambang matematika, sedangkan untuk mengetahui tingkat kemampuan berhitung siswa digunakan metode tes.

Metode tes adalah serentetan pertanyan atau latihan atau alat lain yang digunakan pada lingkup perkembangan. Metode tes adalah termasuk metode non eksperimental. Berikut ini adalah metode-metode eksperimental antara lain :
a. Metode pengamatan, suatu cara untuk mencatat tingkah laku tertentu dari orang yang diamati dengan menggunakan pedoman observasi.
b. Metode survei, suatu metode yang digunakan untuk mempelajari beberapa masalah yang sulit dipelajari melalui metode pengamatan dan menggunakan kuesioner atau wawancara.
c. Metode klinis, suatu metode yang digunakan untuk mengamati seseorang di tempat khusus yang telah disediakan, sehingga dapat diketahui perilaku-perilaku dan pernyataan-pernyataannya yang spontan dengan tujuan paedagogis atau medis.
d. Metode angket, suatu cara dengan menggunakan daftar pertanyaan atau pertanyaan yang diberikan kepada sejumlah orang yang harus dijawab, untuk kemudian dicari simpulan umum.
e. Metode wawancara, suatu cara untuk menggali pendapat, perasaan, sikap, pandangan, proses berpikir, proses penginderaan dan berbagai hal yang merupakan tingkah laku covert yang tidak dapat ditangkap langsung oleh atau melalui metode observasi.
f. Metode sejarah kehidupan, suatu metode yang digunakan untuk mengetahui tingkah laku seseorang dengan segala latar belakangnya. Melalui penelitian buku harian atau wawancara tentang masa lalu subjek.
g. Metode tes (pemeriksaan psikologis), suatu metode yang digunakan untuk memeriksa hal-hal yang tidak dapat diketahui dengan metode-metode lain, seperti IQ, kepribadian, arah minat, kecemasan dengan menggunakan tes psikodiagnostik.

Minat penelitian ilmiah tentang anak mendapat dorongan yang besar setelah G. Stanley Hall mengawali penelitiannya tentang konsep anak (1891) dengan tekanan bahwa anak bukan orang dewasa kecil. Pandangan ini diterima oleh murid-muridnya yang tidak lama kemudian diikuti oleh banyak psikolog dan ahli pendidikan.

Beberapa teori yang mendasari perlunya permainan berhitung di taman kanak-kanak sebagai berikut :

a. Tingkat perkembangan mental anak
Jean Piaget, menyatakan bahwa kegiatan belajar memerlukan kesiapan dalam pendidikan anak. Artinya belajar sebgai proses membutuhkan aktivitas baik fisik maupun psikis. Selain itu kegiatan belajar pada anak harus disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan.
Anak usia TK berada pada tahapan pra operasional kongkret dan berpikir intuitif dimana anak mampu mempertimbangkan tentang besar, bentuk dan benda-benda didasarkan pada interprestasi dan pengalamannya (persepsi sendiri).

b. Masa peka berhitung pada anak
Perkembangan dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar. Apabila anak sudah menunjukkan masa peka (kematangan) untuk berhitung, maka orang tua dan guru harus tanggap, untuk segera memberikan layanan dan bimbingan sehingga kebutuhan anak dapat terpenuhi dan tersalurkan dengan sebaik-baiknya menuju perkembangan kemampuan berhitung yang optimal.

Anak usia TK adalah masa yang sangat strategis untuk mengenalkan berhitung di jalur matematika. Karena usia TK sangat peka terhadap rangsangan yang diterima dan lingkungan. Rasa ingin tahunya yang tinggi akan tersalurkan apabila mendapat stimulasi / rangsangan / motivasi yang sesuai dengan tugas perkembangannya.

c. Perkembangan awal menentukan perkembangan anak selanjutnya
Hurlock (1993) mengatakan bahwa lima tahun pertama dalam kehidupan anak merupakan peletak dasar bagi perkembangan selanjutnya. Anak yang mengalami masa bahagia berarti terpenuhinya segala kebutuhan baik fisik maupun psikis di awal perkembangannya diamalkan akan sangat melaksanakan tugas-tugas perkembangan selanjutnya.

Dalam studi klinis sejak bayi hingga dewasa yang dilakukan oleh Erikson (dalam Elizabet B. Hurlock, 1978 : 26) menyimpulkan bahwa “masa kanak-kanak merupakan gambaran awal manusia, tempat dimana kebaikan dan sifat buruk akan berkembang mewujudkan diri, meskipun lambat tetapi pasti”.

Selanjutnya Erikson menerangkan, apa yang akan dipelajari seorang anak tergantung bagaimana orang tua memenuhi kebutuhan anak akan makanan, perhatian, cinta kasih. Sekali ia belajar, sikap demikian akan mewarnai persepsi individu akan masyarakat dan suasana sepanjang hidup.

Crumley.F.E. dkk, Gagne R.M. dan Smith, dkk (dalam Elizabeth B Hurlock, 1978 : 26) menunjukkan bukti bahwa sejarah anak yang mempunyai kesulitan penyesuaian sejak tahun-tahun prasekolah hingga sekolah menengah atau universitas telah memperlihatkan bahwa banyak diantara mereka sangat buruk penyesuaian dirinya pada masa kecil hingga tidak pernah dalam suatu kelompok atau mempunyai banyak teman. Sebagai tambahan, banyak diantaranya menderita kesulitan berbicara, sekolah, serta enuretik dan keluarga mereka menganggapnya sebagai “anak yang penuh masalah”. Dari studi riwayat anak nakal, Glueck (dalam Elizabeth B Hurlock, 1978 : 26) menyimpulkan bahwa remaja yang berpotensi menjadi nakal, dapat diidentifikasi sedini usia dua atau tiga tahun karena perilaku anti sosialnya.

Prinsip-Pinsip Permainan Berhitung permulaan
1. Permainan berhitung diberikan secara bertahap.
2. Penget dan ket pd permainan berhitung dibrkn scr bertahap.
3. Permainan brhtng akan berhasil jika anak diberi kesempatan berprtsp
4. Permainan brhtng membutuhkan suasana menyngkn dn rasa aman.
5. Bahasa yg digunakan seyogyanya yg sederhana.
6. Anak dikelompokkan sesuai dg tahap penguasaanya.
7. Dalam mengevaluasi hasil perkemb harus dimulai dari awal smp akhir

Landasan Teori Permainan Berhitung 

1. Tingkat perkembangan mental anak
Jean Piaget : Anak usia TK berada pada tahapan pra-operasional konkrit yaitu tahap persiapan kearah pengorganisasian pekerjaan yg konkrit dan berpikir intuitif dimana anak mampu mempertimbangkan tentang besar, bentuk dan benda-benda didasarkan pd interpretasi dan pengalamannya ( persepsinya sendiri ).

2. Perkembangan dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar.
Apabila anak sudah menunjukan masa peka ( kematangan ) unt berhitung maka ortu dan guru TK harus tanggap.

3. Perkembangan awal menentukan perkembangan selanjutnya.
Hurlock( 1993 ) : Bahwa lima tahun pertama dlm kehidupan anak merupakan peletak dasar bagi perkembangan selanjutnya.Anak yg mengalami masa bahagia berarti terpenuhinya segala kebutuhan baik fisik mapun psikis di awal perkembangannya diramalkan akan dpt melaksanakan tugas perkembanganKonsep bentuk warna, ukuran dan pola (TPP Permendiknas 58 ).

Usia 4 – < 5tahun
1. Mengklasifikasikan berdasarkan bentuk atau warna atau ukuran
2. Mengklasifikasikan benda ke dalam kelompok yg sejenis atau kelompok yang berpasangan dengan 2 variasi
3. Mengenal pola AB-AB dan ABC-ABC
4. Mengurutkan benda berdasarkan variasi ukuran atau warna.

Usia 5 – < 6 tahun
1. Mengenal perbedaan berdasarkan ukuran “ lebih dari “ “ kurang dari “ dan “ paling ter “
2. Mengklasifikasikan benda berdasarkan bentuk dan ukuran ( 3 variasi )
3. Mengklasivikasikan benda yang lebih banyak ke dalam kelompok yg sama atau kelompok yg sejenis atau kelompok berpasangan yg lebih dari 2 variasi
4. Mengenal pola ABCD – ABCD
5. Mengurutkan benda berdasarkan ukuran dari paling kecil ke paling besar atu sebaliknya
tahapan penguasaan berhitung dijalur matematika yaitu :
1. Penguasaan konsep Pemahaman dan pengertian sesuatu dg menggunakan benda dan peristiwa konkrit, spt pengenalan warna, bentuk dan menghitung bilangan.
2. Masa Transisi
Proses berfikir yg merupakan masa peralihan dr pemahaman konkrit menuju pengenalan lambang yg abstrak, dimana benda konkrit itu masih ada dan mulai dikenalkan bentuk lambangnya. Dilakukan guru secara bertahap sesuai dg laju dan kecepatan kemampuan anak secara individual.
3. Lambang
Merupakan visualisasi dari berbagai konsep misalnya lambang 7 unt menggambarkan konsep bilangan tujuh, merah untuk menggambarkan konsep warna, besar unt menggambarkan konsep ruang dan persegi empat unt menggambarkan konsep bentuk.

Konsep berhitung yg harus dikenalkan kpd anak :
1. Korespondensi Satu Satu
Pertama mulailah dg mencoba-coba membilang dr tingkatan yg sangat sederhana.contoh : satu buku, satu pensil,dst.
2. Pola
Pola merupakan kemampuan unt memunculkan pengaturan sehingga anak mampu memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat bentuk 2-3 pola yg berurutan.
3. Memilah/menyortir/klasifikasi
pengelompokan berdasarkan atribut, bentuk, ukuran, jenis warna,dll.
4. Membilang
Menghafal bilangan merupakan kemampuan mengulang angka yg akan membantu pemahaman anak akan arti sebuah angka.contoh : 1 2 3 4 5 6 7 8………dst.
5. Makna angka dan pengenalannya
Setiap angka memiliki makna dr benda-benda/simbul-simbul = 3 bintang Dikenalkan pd bentuk-bentuk yg sama/tdk sama, besar kecil dsb.
6. Ukuran
Anak perlu mengalaman akan mengukur berat, isi, panjang dg cara mengukur langsung sehingga prosesmenemukan angka dr sebuah objek.
7. Dua hal ini merupakan bagian dr proses kehidupan sehari-hari.
Contoh :Waktu : 1 hari Ruang : Sempit 2 hari Luas
8. Penambahan dan pengurangan
2 hal dapat dikenalkan pd anak pra sekolah dg memanipulasi benda.
contoh : Penambahan  4+2= 6
contoh : Pengurangan 5-2=3

Konsep klasifikasi/pengelompokan
Kegiatan meletakkan benda- benda ke dalam sebuah kelompok dengan cara memilah benda- benda yang memiliki satu atau lebih ciri sama ( menyerupai )dan merupakan keterampilan dasar dalam membentuk pola grafik, bangun, ruang dan pengukuran
Jalur Matematika Di TK
1. Bermain pola
Anak diharapkan dpt mengenal dan menyusun pola-pola yg terdapat disekitarnya.Anak mampu membuat urutan pola sendiri sesuai dg kreativitasnya.
2. Bermain Klasifikasi
Anak diharapkan dpt mengelompokkan atau memilih benda berdasarkan jenis, fungsi, warna, bentuk pasangannya sesuai dg yang dicontohkan dan tugas yg diberikan oleh guru.
3. Bermain Bilangan
Anak diharapkan mampu mengenal dan memahami konsep bilangan, transisi dan lambang sesuai dg jumlah benda-benda pengenalan bentuk lambang dan dpt mencocokan sesuai dg lambang bilangan.
4. Bermain Ukuran
Anak diharapkan dpt mengenal konsep ukuran standard yg bersifat informal atau alamiah, seperti panjang, tinggi, dan isi melalui alat ukur alamiah, antara lain jengkal, jari, langkah, tali, tongkat
5. Bermain Geometri
Anak diharapkan dapat mengenal dan menyebutkan berbagai macam benda berdasarkan bentuk geometri dg cara mengamati benda benda yg ada disekitar anak mis lingkaran,segitiga,bujur sangkar, segi empat, segi lima,segi enam,setengah lingkaran,bulat telur (oval).
6. Bermain estimasi (memperkirakan)
Anak diharapkan dapat mengenal kemampuan memperkirakan (estimasi) sesuatu mis perkiraan terhadap waktu, luas jumlah ataupun ruang.Anak terlatih untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan yg akan dihadapi
Perkiraan waktu misalnya:
Berapa hari biji tumbuh
Berapa lama kita makan
Berapa lama anak dapat memantulkan bola
Berapa ketukan gambarnya selesai
Perkiraan jumlah:berapa jumlah ikan yg ada dalam aquarium.
Perkiraan ruang misalnya : Berapa anak bergandengan untuk dapat mengelilingi kelas ini.
7. Bermain Statistika.
Anak diharapkan dapat memiliki kemampuan untuk memahami perbedaan dalam jumlahdan perbandingan dan hasil pengamatan terhadap suatu obyek (dalam bentuk visual
PERSIAPAN MEMBACA MENULIS PERMULAAN
Melalui Permainan
TK Merupakan lembaga Pra akademik artinya :
  • Tidak mengemban tanggung jawab utama dalam membelajarkan ket membaca dan menulis, melainkan menjadi tanggung jawab lembaga SD
  • Pembelajaran persiapan membaca dan menulis di TK hendaknya diberikan secara terpadu dalam pengembangan Bahasa dan Motorik
  • Alur pemikiran tersebut tidak sejalan dg praktik kependidikan di TK maupun SD di Indonesia.Pergeseran tanggung jawab seolah olah telah bergeser dari SD ke TK.
Keaksaraan (Permendiknas 58)
► TPP Usia 4-5 tahun
1. Mengenal simbol simbol
2. Mengenal suara suara hewan / benda benda yang ada disekitarnya
3. Membuat coretan yang bermakna
4. Meniru huruf
► Usia 5-<8 tahun
1. Menyebutkan simbol simbol huruf yang dikenal
2. Mengenal suara huruf awal dari nama benda benda yang ada disekitarnya
3. Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi / huruf awal yang sama
4. Memahami hubungan antara bunyi dan bentuk huruf
5. Membaca nama sendiri
6. Menuliskan nama sendiri.

Munculnya keaksaraan
Keaksaraan tidak hanya ditandai dengan kemampauan untuk anak membaca dan menulis huruf atau kata-kata, tetapi yang terpenting anak memahami setiap kata dan kalimat dalam tulisan.
Kata pertama harus bermakna bagi anak. Kata itu harus merupakan bagian dari dirinya. Harus merupakan ikatan yang organik, secara organik lahir dari dinamika hidup itu sendiri. Harus kata yang sudah menjadi bagian dari dirinya. Kata pertama, buku pertama harus dibuat oleh anak itu sendiri. Saya masuk kedalam otak anak, membawa keluar apa yang saya temukan disana dan menggunakannya sebagai bahan kerja pertama. Ini adalah kosakata penting bagi mereka.(Sylvia Ashton Warner-1963)
Apa itu Keaksaraan :
► Membangun kemampuan anak untuk mengenal huruf dan angka
► Pengetahuan yang dibangun dalam keaksaraan :
1. BAHASA
2. MATEMATIKA
3. KESADARAN LINGKUNGAN
Kemampuan yang diperlukan untuk menulis
► Mengenal bentuk
► Mengenal perbedaan bunyi huruf
► Mengenal rangkaian (pola)
► Kekuatan jari-jari tangan
► Kelenturan gerakan pergelangan tangan
► Anak akan benar-benar tertarik huruf dan angka saat mereka sudah pada tahap perkembangan usia empat tahun.
► Enam tulang pergelangan tangan yang diperlukan untuk menulis pada buku tulis, belum sepenuhnya berkembang sampai usia tujuh tahun.
Tujuan Konsep Bahasa
1. Menambah kosakata baru
2. Mendengar musik dan membedakan bunyi
3. Memahami dan mengikuti alur cerita
4. Menggunakan buku dan media
5. Menjadikan anak senang membaca, mendengar, dan menulis
TUJUAN
 Mendeteksi kemampuan awal membaca dan menulis anak(Perbedaan individual hasil intervensi )
 Mengembangkan kemampuan menyimak, menyimpulkan dan mengkomunikasikan berbagai hal melalui berbagai bentuk gambar dan permainan
 Melatih kelenturan motorik halus anak melalui bentuk permainan olah tangan dalam rangka persiapan membaca dan menulis
Perkembangan kemampuan berbahasa 4 – 6 tahun
• Mampu menggunakan kata ganti saya dalam berkomunikasi
• Memiliki berbagai perbendaharaan kata kerja, kata sifat, kata keadaan, kata tanya dan kata sambung.
• Menunjukan pengertian dan pemahaman tentang sesuatu.
• Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan tindakan dengan menggunakan kalimat sederhana.
• Mampu membaca dan mengungkapkan sesuatu melalui gambar.

PERKEMBANGAN POTENSI KEMAMPUAN BERBAHASA MUNCUL DITANDAI BERBAGAI GEJALA
 Senang bertanya dan memberi informasi tentang sesuatu hal
 Berbicara sendiri dg alat atau tanpa alat spt bboneka,mobil mainan dsb.
 Mencoret coret buku atau dinding
Gejala ini mrpkn tanda munculnya berbagai jenis potensi tersembunyi(hidden potency) menjadi potensi tampak (actual potency).Apabila tdk diberikan rangsangan potensi akan kembali menjadi potensi tersembunyi dan lambat laun berkurang hingga sel saraf mati. 

TAHAPAN PERKEMBANGAN MEMBACA
Melibatkan unsur Auditif ( Pendengaran ) dan Visual (Pengamatan ) Kemampuan membaca di mulai ketika anak senang membolak-balikbuku.
1. Tahapan Fantasi ( Magical Stage ).
Anak belajar menggunakan buku, membolak-balik buku, membawa
buku kesukaannya.Guru atau Ortu menunjukan contoh model
perlunya membaca, membacakan cerita.
2. Tahap Pembentukan Konsep Diri ( Self Concept Stage ).
Anak memandang dirinya sbg pembaca, pura-pura membaca,
memberi makna pd gambar.Ortu memberi rangsangan membacakan
sesuatu.
3. Tahap Membaca gambar ( Bridging Reading Stage ).
Anak sadar cetakan yg tampak dapat menemukan kata yg sudah di-
kenal, dapat mengulang cerita yg tertulis, sudah mengenal abjad.
Guru memberi kesempatan menulis sesering mungkin.
4. Tahap Pengenalan Bacaan ( Take-off Reader Stage ).
Anak mulai menggunakan tiga sistem isyarat ( graphoponic, semantic,
dan syntactic ) secara bersama-sama.Anak tertarik pd bacaan, mulai mengingat kembali cetakan pd konteknya, berusaha mengenal tanda-tanda pd lingkungan serta membaca berbagai tanda spt kotak susu, pasta gigi, atau papan iklan.Guru masih tetap membacakan sesuatu shg mendorong anak membaca sesuatu pd berbgai sesuatu, jgn memaksa anak membaca huruf secara sempurna.
5. Tahap membaca Lancar ( Independent Reader Stage ).
Anak dpt membaca berbagai jenis buku.Ortu dan Guru msh tetap
membacakan berbagai jenis buku.
Untuk memberikan rangsangan trhdp munculnya berbagai potensi
keberbahasaan maka permainan dan berbagai alat memegangperanan penting.

TAHAPAN PERKEMBANGAN MENULIS
Menulis merupakan ekspresi/ungkapan dr bahasa lisan ke dalam suatu bentuk goresan/coretan. Kegiatan awal menulis di mulai ketika anak pura-pura menulis dlm bentuk coretan sampai anak mampu menirukan bentuk tulisan sesungguhnya.
1. Tahap Mencoret atau Membuat Goresan ( Scrible Stage )
Anak mulai membuat tanda-tanda menggunakan alat tulisnya,
membuat coretan acak ( Tidak Teratur ),coretan sering kali
digabungkan seolah-olah tidak prnh lepas dr kertas.Ortu seharusnya
menyediakan jenis-jenis bahan unt menulis.Anak menganggap
goresan sbg tulisan.
2. Tahap Pengulangan secara Linear ( Linear Repetitive Stage ).
Anak menelusuri bentuk tulisan yg mendatar ( Horizontal ) atau
garis tegak lurus.
3. Tahap Menulis Secara Random/acak ( Random Letter Stage ).
Anak belajar tentang berbagai bentuk sbg suatu tulisan dan
menggunakan itu semua agar dpt mengulang berbagai kata dan
kalimat.Anak menghasilkan garis yg berisi pesan yg tdk mempunyai
keterkaitan pd suatu bunyi dr berbagai kata.
4. Tahap Berlatih huruf (menyebutkan huruf huruf)
Kebanyakan anak anak , biasanya tertarik huruf huruf yang membentuk namanya sendiri.
5. Tahap menulis Tulisan nama (letter-name writing or phonetic writing)
Anak mulai menyusun hubungan antara tulisan dan bunyi
Anak senang menuliskan nama pendek panggilan mereka melalui contoh yang mereka lihat dengan huruf huruf besar atau kecil.Semakin berkembangnya penguasaan kosa kata anak serta kemampuannya dalam berkomunikasidg orang lain akan berdampak terhadap fungsi kognitifnya.
6. Tahap menyalin Kata-kata yang ada di Lingkungan.
Anak menyukai menyalin kata-kata yg terdapat pada poster di dinding atau dari kantong kata sendiri.
7. Tahap Menemukan Ejaan
Anak usia 5-6 tahun ini telah menggunakan konsonan awal (L untuk Love) konsonan awal tengah akhir untuk mewakili huruf (DNS) pada kata dinosaurus
8. Tahap Ejaan Sesuai ucapan
Anak mulai dapat mengeja suatu tulisan berupa kata kata yg dikenalnya sesuai yg didengarnya.

PENDEKATAN PERMAINAN MEMBACA DAN MENULIS DI TK
Pendekatan Permainan Membaca.
1. Metode Sintesis
Didasarkan pada teori asosiasi, suatu unsur(mis huruf) akan bermakna bila dihubungkan dengan unsur lain(huruf lain) sehingga membentuk suatu arti. Permainan membaca ini dilakukan dg menggunakan bantuan gambar pd setiap kali memperkenalkan huruf, mis a disertai gambar ayam.
2. Metode Global
Didasarkan pada teori ilmu jiwa keseluruhan (gestalt).Keseluruhan memiliki makna yg lebih dibanding dg unsur-unsurnya.Kedudukan setiap unsur hanya berarti jika memiliki kedudukan fungsional dalam suatu keseluruhan. Contoh unssur “a”bermakna jika “a” ini fungsional dlm kata atau kalimat mis “ ayam berlari”Atas dasar ini Membaca permulaan pd metode global dimulai dg memperkenalkan kalimat,dipilih kalimat perintah agar anak melakukan hal yg ada dlm perintah tsb spt “ambil apel itu”.

Pendekatan Permainan Menulis
Dalam pengembangan kemampuan menulis, dalam hal ini untuk memperkenalkan huruf, anak diminta unt meraba dan menelusuri dg jarinya suatu huruf.Sebagai contoh ketika memperkenalkan tulisan dari huruf “a” yg terbuat dari bahan ampelas kasar di atas kertas.Agar anak dpt melatih kelenturan tangan, maka dpt dilatih unt mengisi lukisan dg garis ( mengarsir ) dan menebalkan.Kegiatan mengarsir tdk hanya dilakukan dg pensil hitam melainkan jg dg pensil berwarna.

Identifikasi Kemampuan Membaca dan Menulis
1. Permainan membaca
Meliputi kemampuan mendengar, melihat dan memahami, berbicara dan membaca gambar.
2. Permainan menulis
a. Persiapan menulis misalnya : meronce, mewarnai, menjahit,
melipat, menganyam, mencetak, membatik dsb.
b. Bentuk tulisan misalnya : mencoret ( menarik garis datar, tegak dsb)
Tulisan horisontal, menulis acak,menulis nama bil(mencontoh angka
1-10,mlis angka1-10)

PENGALAMAN-PENGALAMAN MOTORIK HALUS
• Penjepit besar digunakan untuk mengelompokkan bahan-bahan
Penjepit kecil digunakan dengan huruf kecil dari pasta
> Pensil–macam-macam ukuran
> Spidol dan krayon macam-macam ukuran
> Alat seperti obeng dan tang kecil digunakan untuk melepaskan bagian-bagian kecil
perkakas yang patah

Main Awal Keaksaraan untuk Bayi:
  • Anak pendengar aktif: mengajak anak bercakap-cakap pada setiap kesempatan; saat menyusui, memandikan, memberi makan, mengganti popok, membangunkan,
  • Anak pengamat teliti: bercakap dengan menggunakan mimik muka di depan muka anak sesuai dengan intonasi suara
  • Membuat permainan: membuat suara, meniup, bernyanyi,
  • Membolehkan anak untuk memegang sendok untuk makan dan memegang tempat minum saat anak makan
  • Melatih jari tangan dengan menjumput makanan kecil untuk dimakannya
  • Memasukkan benda ke wadah
  • Mendongeng
  • Membacakan buku buku 
Main yang mendukung keaksaraan untuk anak usia 1-2 tahun:
  • Bernyanyi lagu dengan irama sederhana yang diulang-ulang disertai gerakan sederhana
  • Mengajak anak berbicara dan mengenalkan nama benda dengan cara menempelkan kata di setiap benda
  • Membacakan buku yang sudah dikenal anak
Main yang mendukung keaksaraan untuk anak usia 2-3 tahun:
  • Bernyanyi lagu dengan irama sederhana yang diulang-ulang disertai gerakan sederhana
  • Membacakan buku yang sudah dikenal anak
  • Bertepuk tangan dengan ritme berulang, misalnya: plok plok – plok plok plok, plok plok – plok
  • Bermain tepuk tangan sambil menyebutkan nama anak, misalnya: A – ni – ta , A – ni , Mar – li – na , Sa – e – ful ,dst.
  • Merangkai dengan berbagai bentuk
  • Melibatkan anak saat membereskan mainan yang sudah digunakannya untuk mengenalkan klasifikasi.
  • Bernyanyi dengan gerak dan irama sederhana, dilakukan secara berulang-ulang
  • Membaca buku bersama anak secara berulang terus-menerus
  • Puzzle bentuk
  • Meronce
  • Menghadirkan buku-buku yang paling disukai anak.
  • Mengajak anak bertepuk tangan mengikuti irama
  • Menyebut nama anak dengan perlahan menurut suku katanya.
  • Bermain dengan berbagai bentuk
  • Bermain puzle tunggal
  • Melibatkan anak saat membereskan mainan
  • Memperkuat motorik kasar anak dengan membolehkan anak bergerak bebas,
  • Melatih kekuatan motorik halusnya dengan cara memegang, meremas, menjumput, menjepit, merobek kertas, dll.
  • Main keaksaraan untuk mendukung kemampuan membaca anak usia 4-6 tahun
  • Buku – buku – buku – buku
  • Membolehkan anak untuk memilih buku cerita yang diminatinya
  • Menuliskan nama anak, lalu anak menyusunnya dengan menggunakan kartu huruf
  • Menuliskan kegiatan yang dikerjakan anak
  • Mendiskusikan kata baru yang didapatkan dari buku bacaan.
  • Bermain menyelesaikan kata, misalnya bo + la = bola Menggabungkan kartu suku kata dengan mencocokkan kata yang telah dibuat kader
  • Memancing kartu huruf sesuai nama sendiri
  • Mencetak huruf dengan playdough sesuai dengan namanya
  • Mencari kartu yang bertuliskan nama temannya
  • Membaca puisi yang memuat kata-kata yang hampir sama hurufnya, misalnya Tari senang menari, Tari juga senang berlari, dst
  • Membuat cerita dari kumpulan kalimat yang diucapkan anak.
  • Menuliskan nama anak dengan mengubah huruf awal dengan huruf yang sedang diperkenalkan, misalnya mengenalkan huruf S, nama Kania jadi Sania,
  • Mengelompokkan nama binatang yang huruf depannya sama, misalnya katak, kura-kura, kadal, dst.
  • Melibatkan anak saat membereskan mainan yang sudah digunakannya
  • Bernyanyi dengan gerak dan irama sederhana, berulang-ulang
  • Membaca buku bersama anak, berulang terus-menerus
  • Puzzle bentuk
  • Meronce
  • Menghadirkan buku-buku yang paling disukai anak
  • Kegiatan yang mendukung kemampuan menulis anak 3-4 tahun
  • Membuat coretan pada kertas besar dengan crayon atau spidol.
  • Membuat coretan dengan batang kayu di tanah atau pasir
  • Melukis dengan cat jari
  • Menjepit biji-bijian atau buah-buahan terbuat dari kayu dengan wadah dan penjepit.
  • Mengocok air sabun dengan alat pengocok telur
  • Meremas: daun, koran bekas, parutan kelapa, ublek, tanah lempung, playdough, dll.
  • Mencetak playdough, tanah liat, pasir basah dengan cetakan huruf
  • Kegiatan menggunting
  • Main keaksaraan untuk mendukung kemampuan menulis anak usia 4-6 tahun
  • Menyediakan berbagai huruf, kata dan suku yang terkait dengan nama anak atau kata-kata yang sudah dikenal anak.
  • Melukis dengan kuas, dengan cat jari
  • Menjiplak huruf-huruf dengan menggunakan cetakan huruf
  • Menjiplak kata yang sudah ditulis guru
  • Mengingatkan anak untuk selalu menuliskan namanya pada setiap kertas kerjanya
  • Membuat buku dari kumpulan gambar anak dengan cerita yang ditulis anak
  • Membuat kata-kata yang paling sering diucapkan kader untuk ditunjukkan kepada anak saat kader menyebutkan kata tersebut, lalu anak menuliskannya. Misalnya kata ”terima kasih” ” maaf” ”tolong”.
  • Menyediakan kertas, pensil, craton, spidol warna di setiap tempat yang disukai anak.
  • Memberi kesempatan anak-anak untuk mengurutkan, mengklarifi-kasikan, menyusun pola, dan mengorganisasikan bahan serta menyediakan pengalaman awal menulis dan membaca.
  • Dirancang secara khusus untuk memperkuat keterampilan dan pengetahuan tersebut
Lima langkah yang harus diulang-ulang
• Pilih mainan yang diinginkan
• Selesaikan hingga tuntas
• Tunjukkan pada guru
• Rapikan kembali
• Pilih mainan yang lain.

AREA MASAK / SENTRA MASAK
Dalam area Masak atau sentra masak juga dapat dikembangkan secara utuh kegiatan yang terkait dengan keaksaraan dan berhitung permulaan. Sentra / Area ini sangat kental dengan keaksaraan (huruf, angka, bunyi, dll) dan sains. Dalam sentra masak terdapat beberapa hal pokok yang dapat meningkatkan perkembangan anak dalam hal keaksaraan dan angkanya yaitu antara lain:
Konsep matematika menjadi kegiatan yang nyata
Anak melihat banyak perubahan yang terjadi yang merupakan sebuah proses.
Anak memiliki wawasan yang memperkaya ruang pengetahuannya
Anak berkembang secara sosial dalam keterampilan aksaranya. dll.

Sumber : Dirangkum dari berbagai sumber !!